Archerion
White Christmas
( True Christmas )
“Breaker Flash!!”
“Dancing Dagger Apocalypse.”
“2nd Skills Job!! Artemia, Angels Blade!!”
Yuuko mengingat Skill milik Ryou dan Nac yang di copy Ciel. Yuuko menundukan kepalanya.
“kenapa?”
“…”
Misa terdiam setelah pertanyaanya tidak dapat jawaban dari Yuuko. Misa mendekati Yuuko dan mengelus pungung Yuuko.
“apa Ciel tau tentang ini? Apa Ciel salah milih job?” Tanya Yuuko melirik Rose.
“dia tahu kok, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Ciel mengambil job ini karena karakternya dulu mengambil job yang sama”
Gateway Game Center…
“wew, jarang lihat kamu di jam sekolah gini?” Tanya seseorang dibalik meja operator.
“ya, mau gimana lagi. Baru masuk kelas udah di suruh keluar ==’ “ jawab Ciel menghampiri seseorang di operator.
“lol, kamu masih saja berhubungan dengan monster itu.”
“gitu juga adiknya temanmu.”
“by the way, mau apa? Archerion maintenance, sampai besok maintenancenya.”
“ada tempat yang kosong?”
“ada, masuk saja no.19”
Ciel berjalan menuju ruangan nomor 19. Ciel berhenti di depan pintu dan membuka pintu tersebut dan ingin memasukinya.
“itu masih nomor 17 bodoh!!” teriak operator melihat Ciel memasuki ruangan nomor.17 dengan polos.
“Selamat Datang” sapa operator itu melihat pelangganya.
“ada ruangan yang kosong?” Tanya lelaki itu.
Ciel memasuki kamar nomor 19, Ciel mendapati kamar yang berisikan 1 computer dan sebuah tempat tidur. Ciel menyalakan komputernya dan meletakan tas di pundaknya. Ciel mengenakan headset dan merebahkan tubuhnya di kasur itu.
Ciel meng-click program game bernama “Heavenly Bullet” keluar window yang mengharuskan Ciel mengisi ID dan Pass-nya.
“sudah lama tidak memainkan game ini” jelas Ciel.
Ciel memasuki sebuah room dan memilih kubunya, Ciel memilih Turncoat dan melawan Ranger.
Game Start.
Ciel mengambil senjata di sekitarnya, kelompok Ciel terdiri 5 orang dan lawan 5 orang. Ciel melihat sekitar dan mendapati dia dan kelompoknya berada di atap gedung dan harus menyebrang ke gedung lawan untuk meledakan nuklir.
Ciel mengenakan topeng di mukanya untuk menutupi keberadaanya.
“tanganku kaku” ujarnya seraya meremas-remas tangannya.
Ciel berjalan di belakang seseorang berambut ungu. Mereka menuruni tangga sesaat terdengar suara tembakan dari arah bawah. Dengan segera mereka berlari dan menuju tempat itu. Di pintu depan gedung Ciel bersembunyi dibalik tembok dan melihat keluar. Sesaat ada messeage keluar di depanya. Ciel mendapati kalau teman kelompoknya pada keluar.
“mereka pasti bersekongkol.!” Ujar lelaki di sisi tembok.
Dengar suara itu Ciel mengingat sesuatu.
“Ryou?” Tanya nya pelan.
Ryou berlari keluar dan melontarkan tembakanya kearah lawan, sesaat dari atap gedung keluar bomb yang terbang tepat di atas Ryou.”Flash..bang” ucap Ryou terkejut. Dengan cepat Ryou memutar balikan tubuhnya dan bersembunyi di balik reruntuhan. Ryou membuka matanya dan melihat Ciel memberi tanda kepadanya. Ryou berlari seraya Ciel melindunginya dengan menembakan senjatanya kearah gedung-gedung.
“aku melihat mereka masuk sini.”
“mereka pasti di atap.” Lanjut Ryou.
Ryou menaiki tangga di ikuti Ciel dibelakangnya. “ sepi “ ucap Ciel dalam hati.
Langkah kaki Ryou berhenti saat menjumpai akhir dari tangga itu.
“pintu? Ini pintu menuju atap itu ya?” Tanya Ryou melihat pintu berwarna hitam gelap.
“masih sepi”
“aku tak yakin di sana tidak ada kehidupan.” Tambah Ryou melihat seseorang memakai topeng dibelakangnya.
Ciel berjalan dan membuka pintu itu. Ciel berlajan maju melewati pintu yang terbuka itu.
*KLAK*
“ugh” Ryou terjatuh saat tubuhnya menatap pintu yang tertutup dengan keras.
“cih” Ciel melirik kebelakang bersamaan ditutupnya pintu itu. Ciel melihat seseorang yang menutup pintu itu.
“topeng aneh!!” teriak Ryou sesaat mendengar suara tembakan dari balik pintu itu. “ugh” Ryou menundukan kepalanya saat melihat peluru menembus pintu itu. Tanpa pikir panjang Ryou membuka paksa gagang pintu itu dan mendobraknya berkali-kali. Saat pintu itu terbuka keluar pemberitahuan di depan Ryou.
Congratulation, You are the last survivor…
“eh?” Ryou terkejtu melihat pemberitahuan itu.
“what the heck with this…” tambahnya tidak percaya apa yang dia lihat.
“dia membunuh mereka semua sebelum dia sendiri mati…”
“bastard.. this guy.. insane!!” teriaknya saat melihat anggota Ranger mati Headshot semua.
“Uagh!!” teriak Ciel melepas headsetnya.
Ciel meraba-raba dadanya. “sigh, kenapa harus terkena tembakan sendiri..” ucapnya mengingat dia mati terkena pelurunya yang terpantul dan mengenai jantungnya.
Ciel meletakan headsetnya dan melihat kearah pinggir ranjang. Di dapatkanya perempuan sedang duduk membelakanginya. Ciel mengamati rambut panjang perempuan itu.
“Yuuko?” panggilnya.
“heh? Tadi pagi pukul 2 ada yang membangunkanku dan katanya lagi di rumah sakit..”
“we..? itu..”
“siapa orang itu,” gumam Ryou seraya berjalan ke admin.
“kenapa denganmu?” Tanya lelaki seraya meminum secangkir cokelat hangat.
“bisa kamu potongkan video di kaset ini” Ryou meletakan kaset di depan operator.
“ini, hasil game Heavenly Blast tadi? Kenapa?”
“bagaimana kamu tau? Tidak aku ingin Tanya”
“sudah kelihatan dari bentuk kepinganya kok, hm, mau Tanya sama seseorang yang main denganmu ya?”
“main apa? Aku normal!!”
“maksudku main game ini!!”
“ini” Ryou menunjukan orang yang dia maksud saat kasetnya di nyalakan.
“sudah aku duga, dia berada di no…” ucap orang di tempat operator itu berhenti saat mendengar ledakan dari no 19.
“apa itu?” Tanya Ryou melihat asap keluar dari kamar itu.
“pagi kak kyo” sapa Yuuko menarik seseorang dilantai.
Ryou melihat Yuuko berjalan dengan mata terpejam dan menarik kaki seseorang di lantai.
“orang ini..” Ryou mengingat seseorang di Archerion.
“Yuuko, salam buat kakakmu ya.” Ujar Kyo melihat deretan darah dari orang yang di tarik Yuuko.
“hmph!” reflek Yuuko seraya mengembungkan pipinya.
“Yuuko, bagaimana kamu tau aku disini.” Ucap Ciel menahan rasa sakit.
Yuuko melepaskan kakinya Ciel.
“tadi aku ke rumah sakit dan kamarmu kosong, well pasti kamu kesini.” Jawab Yuuko membenarkan dasinya.
Akami Canteen…
“masih hujan ya?” Tanya perempuan mengambil makanan dari dalam snack.
“ya,” jawab seseorang bertopi disebelahnya.
“Yuuko lama sekali, aku bosan. Pulang aja mau?”
“tunggu sebentar. Siapa tau mereka lagi perjalanan.” Ujar Caissa meminum cokelat angetnya.
“maaf lama ya,” terdengar suara perempuan beriringan jatuhnya air hujan.
“Yuuko..” ucap Nac melihat muka Yuuko memerah.
“Nac kamu nakal..” rengek Misa mengetahui seragam Yuuko yang basah kuyup.
“apa yang menghambatmu?” Tanya Caissa menarik bangku untuk Yuuko.
“aku mengirim pesan ke Yuri saat tau disana ada Ryou juga dan hasilnya..”
3 anak yang sedang duduk itu melihat kearah tangan Yuuko menunjuk. Dan didapat Ciel dan Ryou yang ditarik oleh Yuri.
“mereka mati.”
“imba..”
“Nac, aku takut.”
“Caissa .” panggil perempuan di belakangnya. Caissa menoleh kearah perempuan itu dan jalan menghampirinya. Beberapa waktu, Caissa kembali dan memberitahukan bahwa ada rapat untuk guru dan anak-anak pulang cepat..
“sip!! Pulang cepat!! Kalau gitu kita ke rumahnya Ciel semua.” Ujar Nac.
“kok? Kenapa dirumahku?”
“ah kamu masih hidup ternyata!!” teriak Caissa terkejut melihat Ciel terbangun.
“ngapain pada kerumahku?”
“Christmas Party of course!!!” jawab Yuuko.
“noo ==”
Ciel House..
“sugoi..”
“luasnya..” kagum Ryou melihat halaman depan rumah Ciel yang hijau dan luas.
“sudah, cepat masuk di luar masih hujan.” Ajak Ciel membuka pintu depan rumahnya.
“aku pulang dulu nanti kesini lagi ya,”
“memang rumahmu dimana?” Tanya Yuuko melihat Caissa melambaikan tanganya.
“situ.” Caissa menunjuk rumah di depan rumah Ciel.
“kalian tetangga!!” teriak Misa terkejut.
“sepi sekali, keluargamu kemana?” Tanya Yuri seraya melepaskan sepatunya.
“hari ini mereka keluar kota.”
“oni-chan” terdengar suara perempuan dari balik pintu.
“Rin? Kenapa?” Tanya Ciel kepada adeknya.
“um..”
“kenapa?”
“gak, kata ibu ada banyak makanan di dapur.” Ujar Rin menutup pintu kamarnya kembali.
“itu adekmu ya? Matanya sama kaya kamu ya.”
“hi semua,” sapa Caissa di balik pakaian putihnya.
“nah, itu Caissa. Well, sebentar lagi sore. Lebih baik kita bagi tugas. Yang cowok siapkan makanan, dan yang cewek masak.” Ajak Misa.
Ciel dan Ryou mengeluarkan bahan-bahan makanan yang di bawa Caissa. Nac menyiap-yiapkan alat-alat yang akan digunakan. Yuuko dan Misa memotong sayuran. Yuri dan Caissa membersihkan bahan makanan.
“Yuuko, ada yang ingin aku sampaikan… di class job Thief, saat hpnya dibawah 100 dia tidak akan bisa dikalahkan, hana 1 job yang bisa membunuhnya.. yaitu kamu, Mage Class.” Saat memotong, Terbayang ucapan Rose sebelum dia pergi menjemput Ciel.
“ Karena diantara job sekarang hanya mage yang bisa memberikan damage diatas 1000. Saat darah Thief dibawah 1000 kamu bisa mengeluarkan spellmu untuk mengakhirinya. Tapi, jangan sampai kamu salah tingkah. Thief memiliki Movement Speed paling cepat. Jadi, gunakan akalmu untuk membuat mereka lambat.” Bayangnya lagi.
“Ciel.. agh!” Yuuko meletakan pisaunya.
“Yuuko?!” teriak Caissa melihat tangan Yuuko berdarah. Tanpa pikir panjang Caissa menarik tangan Yuuko dan diemut jari Yuuko yang meneteskan darah.
“Cai..ssa..” ucap Yuuko pelan melihat perempuan didepanya.
Ciel melihat Caissa dengan mata tertutup membersihkan darah di jari Yuuko. Muka Ciel memerah begitu juga dengan Nac.
“merekaa…”
“lesb..”
“kyaaa!! Nac kamu nakal lagi L” rengek Misa.
=Please Standby=
“kalian kenapa?” Tanya Ryou melepaskan heatsetnya.
“makasih Yuri J” ucap Misa melihat Ciel dan Nac menancap di pohon.
“Ciel, adekmu kenapa di kamar terus?” Tanya Yuuko.
“dia tidak memiliki teman.” Ucap Ciel sepi.
“ah, maaf.”
“diluar sudah tidak hujan,” ujar Ryou melihat keluar dari pintu kaca rumah Ciel.
“itu masih hujan.”
“gak, ini kan salju.”
“iya ini masih hujan salju.”
“lah, yang aku maksud hujan air ==’”
“kamu bilangnya cuman hujan, jadi hujan apa aja termasuk.”
“ah yang aku maksud tetap hujan air!! Lama” ngajakin berantem kamu ==’”
“SHUT THE HELL UP!!!” teriak Yuri melemparkan Nac dan Ryou kearah pohon yang sama.
“Yuri kamu menakutkan” ucap Misa dibalik Caissa.
“um, maaf.. gak kok.. um..” Muka Yuri memerah.
“ya?”
“Rin, boleh aku masuk?”
“um, ada apa?”
“aku tau semuanya dari kakakmu. Aku mengerti kenapa kamu tidak memiliki teman, aku dulu juga begitu. Tidak ada teman yang mau menjadi temanku, semua mengangapku aneh. Karena aku dari keluarga yang berbeda dari mereka. Orang tuaku menyukai pekerjaan di daerah situ. Tapi, karena aku tidak memiliki teman. Mereka hendak memutuskan untuk pindah.”
“kenapa mereka memilih-milih teman ya..”
“iya, kita manusia. Kita memiliki emosi. Hati kita juga tidak suci, terkadang teman hanya mendekati kita saat membutuhkan bantuan kita, saat mereka puas dan tidak membutuhkan apa-apa dari kita. Mereka membuang kita.” Lanjut Yuuko.
“kenapa kakak bisa memiliki teman sekarang?”
“aku tidak ingin sedih lagi, setiap saat aku mencoba tersenyum meski hatiku terpecah. Aku tidak ingin kesedihanku melukai orang di sekitarku. Aku beruntung memiliki kakakmu dan teman-temanku. Kalau kamu mau, bergabunglah bersama kami. Usia tidak menutup persahabatan kok. Mari, turun.. kita pesta bersama” ucap Yuuko memegang lengan Rin.
Rin mengusap air matanya yang hendak terjatuh dan menganguk kan kepalanya.
Yuuko menggandeng lengan rin dan berjalan menuruni tangga.
“guys, kita kedatangan tamu.”
“Rin?” panggil Ciel melihat adeknya di sebelah Yuuko.
“wah, makin rame nih” ucap Misa.
“asik.. makin rame makin enak” teriak Ryou.
“kakak.. aku bahagia punya kakak dan teman-teman kakak” batin Rin berjalan dibelakang Yuuko.
Caissa melirik kerah jam diruang tengah Ciel. “ah, sebentar lagi Christmas!! Mari pesta!!”
Caissa membuka botol minuman lalu menuangkan nya ke gelas teman-temanya. Ryou dan Misa saling merebutkan makanan.
“bagaimana? Senangkan?” ucap Ciel seraya meneguk minumanya.
“iya kak, ini menyenangkan..” jawab Rin memancarkan senyumanya.
03.20 A.M.
“ini sudah larut, Ciel boleh kami menginap?”
“iya, kita tidur bersama aja diruang tengah sini.”
“um, sudah pada tidur ya?”
“iya kayaknya tinggal kita saja yang belum tidur.” Jawab Nac.
Nac memalingkan tubuhnya dan melihat pakaian Misa yang terbuka.
“ng.. Misa mau ikut aku?”
“kemana?” tanyanya polos.
“ikut saja” ucap Nac dengan nada polos.
Nac dan Misa menggeser pintu tengah dan berjalan menuju taman belakang rumah Ciel.
“Nac, ini masih malam. Gelap.” Ujar Misa memegang erat lengan Nac.
Nac berhenti di sebuah pohon besar dan mendorong tubuh Misa kepohon.
“Nac, kenapa?” Tanya Misa
Tangan Nac memegang kedua pundak Misa.
“Thanks..”
“for?”
“you made my sister happy.”
“welcome.. kamu tidak tidur?” Tanya Yuuko disebelah Ciel.
“nope.” Jawab Ciel datar seraya melihat bulan.
Sesaat Yuuko merebahkan tubuhnya disebelah Ciel yang berada di atap dan melihat bulan.
“bagus ya,”
“bintangnya bagus.. rasanya ingin menyimpan 1”
“mau?”
“kenapa tidak? Itu bintang yang indah.”
“aku mintakan penulisnya untuk mengambil bintangnya ya?”
“bodoh!! Jangan beritau pembaca kalau ini cerita !!”
“gommen ne T T”
Sesaat di keheningan malam, terdengar desahan perempuan. Dengan terkejut Ciel melirik keserong kanan belakangnya. Terdapat Nac yang sedang memegang-megang tubuh Misa.
“astaga.” Teriak Yuuko pelan melihat kejadian itu.
Muka Ciel memerah melihat beberapa anggota Misa yang kelihatan jelas tanpa sehelai benang. Tanpa sadar tangan Ciel memegang dada Yuuko.
“kyaa~ hentikan, geli” reflek Yuuko.
“um, well.. ceritanya berhenti di sini dulu, kalau lanjut bisa jadi H ==. Ok deh karena mereka lagi sibuk saya yang closing..” < kata Priambada :p
To be Continued…
Jikai, Archerion – Snowflake –