Blogger Backgrounds

Minggu, 01 Mei 2011

Archerion Chapters 12

Archerion
-      The day before tournament; Bloody-Snow –

Bola mata Yuuko bergetar hebat saat melihat tubuh tubuh Ciel terdorong kebelakang saat terdengar suara tembakan. Darah keluar dari kepala Ciel dan membasahi tumpukan salju di sekitarnya.
“Ashigawa-kun!!” teriak Yuuko lagi melihat darah yang keluar begitu banyak bersamaan tubuh Ciel yang jatuh di atas tumpukan salju.

“how ironic.. the one who Ciel`s love is the one who kill him..” ucap Ryou memandang Caissa yang berdiri di depan Ciel.
“…” tangan Ciel mencoba meraih Caissa.
“gyahahahaha!! Menyedihkan, kamu memang lemah pecundang!!” teriak Loki seraya melepaskan segel yang mengikatnya.
“habisi dia?!”

“ta..tapi, dia sudah sekarat.” Caissa mencoba menjelaskan sesuatu kepada Loki.
“kau lupa siapa yang membebaskanmu?!” sesaat mata Loki berubah warna menjadi vermillion.
“Kyaaa!!” teriak Caissa memegang kepalanya.
“bug!! Itu bug!!” respon Misa mengetahui apa yang dilakukan Loki.

Ashigawa… apa maksudmu bug?” Tanya Nac bingung.
“nanti aku jelaskan, yang jelas kalian selamatkan Ciel dulu. Dia teman kita!!”
“ orang ini… dia tadi yang di unit kesehatan, dia tinggal di…  Kyaaa!!” Caissa kembali memegang kepalanya setelah mengingat kembali raut wajah Ciel.
“maaf!! Maaf!!” teriak Caissa seraya meneteskan air mata saat tanganya bergerak mengarah ke tubuh Ciel yang tidak berdaya.

“ Cai…ssa..” panggil Ciel dalam hati melihat sahabat kecilnya di depan tubuhnya. Ciel memejamkan matanya dan mengigat semua kejadian dengan Caissa.
“jangan!!” bentak Yuuko saat Raven dan Nac melangkahkan kakinya.
“kenapa?! Yuuko dia Ciel!! Kekasihmu!!” jawab Raven penuh emosi.
“jika kalian mendekat, kalian akan terkena bug juga. Lihat matanya Loki berwarna berbeda bukan? Semula berwarna biru sekarang merah vermillon.” Lanjut Yuuko disela tangisnya.
“menyedihkan, kita temanya yang bisa kita lihat hanya dia tidak berdaya.” Lanjut Nac menancapkan pedangnya di salju.

“Please, stop.. dia tidak berdaya!!” Caissa mencoba menahan tanganya yang bergerak di luar batas kekuatanya.
“die!!”
Sesaat Yuri dan Misa memeluk Yuuko untuk menutupi pandangan Yuuko yang tertuju ke arah Ciel.
“Stop!! Stop!!” tangis Caissa semakin menjadi saat tanganya menekan pelatuk di senapanya berulang kali.

“ugh..” desah Ciel tubuhnya terkena peluru berulang kali. Darah yang keluar dari perut Ciel dengan cepat menyebar dan membuat salju yang semula putih suci, menjadi merah darah.
“maaf, maaf!!” ucap Caissa sesaat melihat Ciel yang memandangnya. Tangan Ciel masih bergelantungan mencoba menyentuh Caissa.
Pelukan Yuri dan Misa semakin erat saat mendengar suara peluru yang teredam sesuatu. Mata Yuuko yang seakan membatu masih terus terbuka di tubuh Misa dan Yuri.
“eh?!” ucap Caissa pelan seraya membuka matanya. Jari Caissa berulang kali menekan pelatuk senapan nya, namun tak juga keluar peluru dari senapan itu.

“cih habis ya. Baiklah biar aku saja.” Loki berjalan dan mengeluarkan pedang besar yang tertancap di sampingnya.
“cu..cukup..” tubuh Caissa bergetar hebat dan jatuh terpungkur. Sesekali Caissa melihat tubuh yang penuh darah di depanya.
“Misa, heal Ciel!! Loki ingin membunuhnya!!”
Misa memalingkan tubuhnya dan mengarahkan tanganya ke Ciel. Sesaat Misa mengeluarkan Spell  tubuh Misa terpental. Dengan cepat Nac menghilang dan menahan tubuh Misa.

“ada pelindung yang menghalang..” Misa memegang tanganya yang tampak merah.
Loki mengangkat pedangnya saat berdiri di samping Ciel. Sesaat ada seseorang yang memegang mukanya.

“ Kami no Tochi “  dari cengkraman tangan orang itu mengeluarkan sinar dan membuat Loki terpental. “f…fuck..” ucap Loki tubuhnya mengeluarkan sengatan petir saat terjatuh.
“Ashigawa-senpai!” panggil Misa melihat orang itu.

“ pertama kalinya aku melihat Game Master… keren…”  batin Yuri melihat seseorang dengan aura di sekelilingnya.
“apa yang kamu mau dari adik ku?” Tanya Kyoshi kepada Loki.
“tch… hampir saja aku membunuhnya.. jadi kamu yang melepaskan pecundang itu dari bongkahan es di  Lake of Symphonia ?” Loki mencoba berdiri di tempat dia terjatuh.
“kamu tidak akan menang melawanku.”
“lain kali akan aku bantai dia…” Loki menghilang beriringan di terpa angin.

“ Cure “  terdengar suara mirip Yuuko saat sinar putih menghilangkan status abnormal Caissa.

“ ingatanya masih belum kembali..  waktumu tidak lama sebelum alat di tanganmu membuatmu kembali kepada Loki.”
Caissa merangkak dan mengarah ke Ciel. Caissa berbisik sesuatu ke Ciel sesaat tubuh Caissa menghilang beriringan suaranya yang kecil di telinga Ciel.
“Ciel,..” Yuuko melepaskan pelukan Yuri dan berlari ke arah Ciel di ikuti Yuri, Raven, Misa dan Nac.
“kamu tidak apa - apa?” Tanya Yuuko melihat tubuh Ciel penuh darah.

“kamu bercanda? Dia penuh luka begini.”
“kakak!!” Yuuko berdiri dan langsung memeluk kakaknya dengan erat di samping Kyoshi.
“jadi kak Yuki juga Game Master ya?” Tanya Yuri melihat wanita cantik yang sedang di peluk Yuuko.
“bisa biarkan aku begini..” rintih Ciel saat melihat kakaknya.
“heh? Aku tau kamu tidak akan mati karena skill pasivemu, aku hanya ingin mengeluarkan peluru di tubuhmu.”

“ugh…” desah Ciel saat peluru-peluru keluar dari dalam tubuhnya.
“aku tau maksudmu…” lanjut Kyoshi menggerakan tanganya ke kanan. Sesaat portal keluar di sekitar tubuh Raven, Misa, Yuri, Nac, Kyoshi dan Yuki.
“eh kemana mereka?” Tanya Yuuko bingung saat hanya dirinya dan Ciel di tumpukan salju itu.
“Ciel, apa yang kamu rasakan?... masih marah ka..”
Ucapan Yuuko berhenti saat Ciel mencumbunya di antara salju yang berjatuhan. Yuuko mengikuti gerak Ciel dan menutup matanya.

“tenang, semua yang terjadi di sini tidak terpengaruh di dunia nyata. Ciuman ini, cuman serasa di dunia maya. di dunia ini meski tubuh kita hancur, tapi di dunia nyata tidak ada dampak apa pun.”jelas Ciel melepaskan ciumanya.
“ta.tta..taa..tttaaapi.. apa m…maa..mmaksu…maksudnya ini?” Yuuko menahan mukanya yang merah redup.
“aku tidak merasakan apa pun saat dia menembaki ku, dia menangis. Aku tau dia sakit.” Ciel memandang tanganya.
“hahaha.” Ciel tertawa seraya menjatuhkan tubuhnya di tumpukan salju.

“kenapa denganmu? Aku senang kamu menerima aku.” Yuuko mengelus rambut putih Ciel.
“but, i`m still different here. Only here I can smile.”
“I see.”

= Moleria Main Street =

“lah, kenapa kita kembali kesini?”
“tenanglah Ryou, mereka perlu waktu berdua.” Jelas Kyoshi seraya meneguk air.
“tentang tournament itu, kalian ikut?”
“ikut, kami juga akan membuat guild.” Jawab Yuri seraya duduk di dinding kota.
“semangat ya! Hadiahnya menarik lho, tapi rahasia” lanjut Yuki menyemangati teman – teman adiknya.
“Misa sampaikan isi surat ini kepada Yuuko, jangan ada yang tau.” Kyoshi memberikan kertas putih kepada Misa.

“aneh – aneh saja kamu, gak ada yang bisa membuka itu surat kecuali Game Master dan meskipun kertas itu hancur, tetap tidak bisa dibuka.” Jelas Yuki.
“well, karena kalian sudah baik kepada adik ku, aku beri ini.” Kyoshi melemparkan sekantong coin besar kepada Nac, Raven, Misa dan Yuri.
“wew?Aiki?” Tanya Raven setelah menerima uang dari Kyoshi.
“yap, belanjakanlah. See ya.” Kyoshi dan Yuki menghilang setelah melambai ke arah Nac dan teman – temanya.

“hari yang melelahkan…” ucap Ciel seraya melepaskan headsetnya. Ciel berbaring dan menatapi langit – langit kamarnya yang terbuat dari kaca.
“ no matter what. I`m gonna save her. ”  tekan Ciel kepada dirinya.

= Akami School Hall, 08.21 A.M. =

*SRRK* gesekan suara pintu kelas Ciel, terlihat seseorang berambut putih memasuki ruangan kelasnya dan duduk di bangku yang tersorot sinar matahari.
“tatapan nya dingin.”
“iya, dia selalu begitu.”

“Ciel…” batin Yuuko setelah mendengar beberapa teman perempuanya membicarakan Ciel. Ciel berdiri dan menutup kain yang bergelantungan di kaca sehingga sinar matahari tidak dapat menggapainya.
“…” Ciel terdiam saat mengetahui seseorang perempuan berdiri di samping kananya.
“apa kamu percaya kepadaku?” Tanya Yuuko penuh keraguan.
“I`m just believe in myself.”
“berilah tempat untuk orang orang di sekitarmu.” Ucap Yuuko seraya menempelkan tanganya di dadanya.
Ciel memalingkan tubuhnya dan bermaksud beranjak pergi dari tempat itu. Sebelum kaki Ciel genap melangkah tangan kiri Ciel tertahan sesuatu.

“bisa nanti malam kamu ke kamarku?”
“hm?”
“aku ingin membuatmu percaya kepadaku, aku janji.” Lanjut Yuuko mengengam erat tangan Ciel.
Lagi, tak seucap kata terucap dari bibir Ciel.
“aku tunggu nanti malam, saat matahari tidak Nampak dan bulan akan mengantikan tempatnya. Please.” Rambut Yuuko menutupi matanya membuat keadaan terasa sepi.
“up to you.” Ciel melepaskan gengaman tangan Yuuko dengan lembut dan berjalan meninggalkanya sendiri.

“Yuuko!!” Yuri memeluk Yuuko dari belakang setelah memanggilnya.
“i..iya? kenapa?”
“kamu jadi kan ikut Guild dan tournament itu?” Yuuko terkejut sesaat mengetahui Misa di depan matanya.
“Misa?! Aku, tidak yakin… aku mungkin ikut…”
“kenapa tidak yakin?”

“Kyaaaaa!! Nac!!” Yuuko terkejut kembali saat mengetahui Nac sedang bersandar di kaca samping Yuuko berdiri.
“eng… aku ke kamar mandi dulu ya….” Yuuko berlari meninggalkan gerombolan teman teman nya.
“eh nanti kamu online kan? Jangan lupa daftar  yaaa!!” teriak Yuri dari kejauhan.
“aku dan Ciel sudah di daftarkan kakak ku.” Jawab Yuuko seraya menutup pintu kelasnya.
“enaknya punya kakak Game Master…” gumam Ryou.

= Akami`s Girl Restroom, 09.22 A.M. =

“maaf, kamu rea ya?” terdengar suara ragu – ragu dari pintu kamar mandi perempuan.
“kamu bisa panggil aku Yuuko ko… Caissa? Kenapa?” Yuuko terkejut melihat perempuan itu saat dia membersihkan tanganya.
“bagaimana keadaan lelaki kemarin? Maaf, aku tidak bisa mengendalikan tubuhku.” Caissa menggengam erat lenganya.

“iya aku tau, dia tidak dalam status Death  kok.” Yuuko tersenyum mencoba menyembunyikan sesuatu.
“tapi..”
“sudahlah, bell sudah berbunyi, saatnya masuk kelas. Cheer up girl!” Yuuko menepuk pundak Caissa dan berjalan meninggalkan Caissa.
Saat berjalan di lorong terlihat perempuan yang lebih tinggi berjalan dan berpapasan dengan dia.
“ kakak? “  batin Yuuko melihat perempuan itu.
 “ kudengar Ciel sedang berada di atap.” Bisik Yuki saat berpapasan dengan Yuuko.

= Akami Rooftop, 09.29 A.M. =

Hembusan angin menghembuskan rambut Ciel dan terbelah kecil. Sesekali terdengar bunyi gesekan besi yang terkena angina tau daun yang saling bergesekan.
“Ciel, ternyata benar kamu disini.” Panggil Yuuko seraya menahan roknya yang tersapu angin.
“ya.” Jawab Ciel sepi.
“di tempat ini, pertama kali aku melihat kamu dan Nac bertengkar. Dan, bagaimana lukamu?.” Yuuko berjalan mendekati Ciel yang sedang asik melihat pemandangan di sekitar sekolahnya.

“sudah tidak sakit.” Jawab Ciel kembali menghanyutkan perasaan Yuuko.
Dengan berani Yuuko membuka kancing baju Ciel dari belakang.
“apa?” Tanya Ciel terkejut beberapa kancing bajunya telah terbuka.
“aku ingin melihat lukamu, kalau aku pinta kamu pasti menolak.” Yuuko melepaskan kain di lengan Ciel.
Terlihat bekas luka sobek yang cukup besar dan mengejutkan mata Yuuko.

“ini, dalam… ini juga bekas luka kamu menyelamatkanku saat itu…” Yuuko mengelus luka Ciel.
Tanpa disadar Ciel terduduk dan Yuuko ikut duduk di depanya. Sesaat angin menyapu air mata Yuuko yang menetes pelan.
“kenapa menangis?” Tanya Ciel seraya tanganya dengan ragu mencoba menyentuh pipi Yuuko.

“ so soft…”  Ciel terkejut setelah menyentuh pipi Yuuko dan mengusap air matanya.
“maukah kamu melakukan lagi?”
“…”
“aku ingin lagi…” Yuuko mendekatkan mukanya ke muka Ciel. Tanpa disadar tubuh Ciel terdorong kebelakang dan membuat besi di belakangnya berbunyi karena menahan tubuh Ciel.

“please, kiss me.. kiss my lips…” lanjut Yuuko pipinya memerah.

“kita tidak dalam hubungan apapu…”
“its okay..” Yuuko memejamkan matanya, Ciel mencoba menutup matanya dan mendekatkan mukanya ke Yuuko.

*RING*

Terdengar getaran dan suara bunyi handphone Yuuko saat bibir mereka hampir menyatu. “ma.mmaaff.. aku angkat dulu…” Yuuko menjadi salah tingkah dan berdiri seraya mengangkat telefonya.
Ciel menunduk dan menahan malu di mukanya yang mulai memerah.

“ moshi moshi..”

“Yuri? Kenapa?”

“besok libur, dan guru tidak ada yang ngajar untuk mengurus kakak kelas, jadi kita di perbolehkan pulang… Nac, Misa dan Ryou akan main ke rumahku dan main Archerion, ikut? By the way kamu dimana?”

“aku tidak yakin bisa apa tidak, aku… sedang di rumah kok.. gak enak badan..”  Yuuko mencoba menahan detak jantungnya yang semakin hebat.

“baiklah.. kami sudah sampai di rumahku, ya sudah aku tutup ya… love you Yuuko”

“love you too Yuri.”

Yuuko membalikan tubuhnya dan menaruh kembali ponselnya di kantong bajunya. Yuuko memandangi Ciel yang telah kembali mengenakan bajunya dan menatapnya.
“Ciel, kemarin.. Caissa.. kau ingat?”
Ciel mengangukan kepalanya arti kata “iya”.
“Kemarin itu bukan Caissa, aku melihat matanya saat ingin menembakmu dia penuh keraguan, masih ada kesempatan membalikan ingatanya! Dan tadi aku..”

“aku tau dia ragu melakukan itu.”
“dia pasti masih mengingat kita sebagai sahabatnya dan kamu sebagai… teman spesialnya…” sesaat suara Yuuko mengecil. “tapi, kemarin kamu sadar kan dia menangis saat menembakmu berulang kali? Ini bukan salah Caissa, Loki yang ada di balik semua ini. Dia pasti di paksa, dan aku yakin… Caissa… terikat sesuatu dengan Loki.” Yuuko mengengam erat tanganya dan menundukan kepalanya.

“Ciel, cuman kamu yang bisa mengembalikan ingatanya!! Aku kasihan dengan Caissa, dia seperti… di “gunakan” oleh Loki untuk menghancurkanmu.. aku mohon kali ini saja percaya.!” Yuuko mengangkat kepalanya dan memandang Ciel yang berjalan semakin dekat ke arahnya.
“aku sudah katakan aku tidak percaya siapapun kecuali diriku.” Ucap Ciel seraya berjalan dengan mata tertutup.
“tapi..”
“thanks sudah khawatir dengan Caissa.” Ucap Ciel saat berpapasan dengan Yuuko.

Yuuko tersenyum mendengar ucapan terakhir Ciel sebelum dia mendengar suara hentakan tangga yang terbuat dari besi.

“Please, save me. Let me free. I`m gonna do anything.. Ciel-kun”  Ciel berlari dan mengingat kembali kejadian kemarin saat dia terkujur kaku.

= Moleria South Field =

“sasuga Misa!!” Yuri terkagum melihat penampilan Misa. Terlihat bando putih dan sayap kecil yang menghiasi rambutnya dan telinganya yang terdapat anting dari berlian.
“hihi, Yuri kawaii desu” Misa melihat Yuri dengan kuping seperti kucing dan beberapa aksesoris imut yang menghiasi bentuk tubuhnya yang ramping.
“ho kawan..”
“Raven…”
“kamu terlihat…”

“kenapa? Lanjutkan dong Misa Yuri!”
“freak” ucap Misa dan Yuri tanpa semangat melihat Raven yang badanya dipenuhi besi dan armor yang kuat.
“well, Nac kamu tampak biasa?” Tanya Misa setelah mengamati tidak ada yang  berbeda di tubuh Nac.
“mau ikut? Aku ingin mendaftar ke NPC di sana.” Nac menunjukan seseorang NPC di pinggir sungai.
“daftarkan kami ya Misa?” pinta Yuri mengingat Misa dan Nac sudah berjalan meninggalkan mereka.

“kau, kenal Ashigawa?” terdengar suara lelaki yang agak besar mengarah ke arah Raven dan Yuri.
“kenal, kenapa?”
“beritau aku dimana dia?”
“kenapa aku harus memberitau?”
Orang dengan kain sobek menjadi cloak dan topi seperti polisi yang menghiasi kepalanya dan sehelai bunga di mulutnya memperlihatkan gambar buronan.
“astaga, aku akan memberitau Nac dan Misa!!” Yuri terkejut melihat Ciel dan Nac terdapat di daftar itu.

“aku tidak ingin mengatakan dimana temanku.” Raven mengeluarkan pedangnya dan perisainya.
“your fault.” Sesaat orang dari tangan orang itu keluar cahaya dan membentuk senjata besar.

“hammer? Dengan hammer sebesar itu pasti dia lambat” batin Raven melihat keorang itu.
Orang itu berlari dan meloncat serta mengayungkan pedangnya ke arah Raven, dengan mudah Raven mundur. Palu itu menghantam tanah dan mengakibatkan tanah di sekitar palu itu retak, dengan cepat Raven berpijak dengan 1 kakinya dan mengayungkan pedang ke arah orang itu.
Orang itu tersenyum saat mengetahui Raven menyerangnya. “apa-apaan orang ini?” batin Raven. Serangan tidak dapat di hentikan, sesaat pedang Raven hampir menyentuhnya dengan cepat orang itu membalikan senjatanya dan mengarahkanya ke Raven.

Raven melemparkan pedangnya dan menahan serangan orang itu dengan perisai menggunakan kedua tanganya.

“Shield Break”  ucap orang itu pelan.

Mata Raven terbelalak dan terkejut melihat perisainya hancur berkeping keping, belum tubuh Raven menginjak tanah dengan benar orang itu sudah mengayunkan palunya ketubuh Raven.

“Armor Break” lanjut orang itu.

Lagi mata Raven terkejut armornya hancur berkeping keping. Dengan cepat orang itu memutarkan palunya dan mengarahkan ke tangan Raven lalu ke sepatunya.

“Glove Break” “Shoes Break” 

Raven terpental tubuhnya terseret dan jatuh menatap pohon. Raven mencoa membuka matanya, sesaat terdengar suara panggilan dari kejauhan.
“astaga, Raven..” Yuri melepaskan anak panahnya dan memandang muka Raven.
“aku tidak dapat meng-Heal dia, HPnya full.” Lanjut Misa bingung melihat Raven hanya menggunakan kaos dan celana panjang putih tanpa armor sedikitpun.
Pedang yang tadi di lempar Raven terjatuh, sebelum menyentuh tanah pedang itu berhenti. Terlihat seseorang sedang menahan pedang milik Raven sebelum menyentuh tanah.

“jadi kamu, Nac?” Tanya orang itu membopong senjata besar punggungnya.
“tidak aku maafkan” batin Nac dengan pandangan sinis.
Nac mengeluarkan pedang di pinggulnya menggunakan tangan kirinya. “menarik” ucap lelaki itu seraya membenarkan topinya.

“hei kemana aja kamu!! Waktu pendaftaran hampir habis.” Terlihat seorang perempuan memukul kepala orang itu.
“oh, maaf. Aku lupa, aku sedang asik di sini. Ya udah kita berangkat.” Muka serius orang itu seakan hilang dengan seketika di muka perempuan berambut kuning halus itu.

“kau beruntung, Nac.” Ucap orang itu sebelum pergi dengan telunjuk jarinya mengarah kearah Nac. Dengan mata kananya tertutup orang itu mengangkat jarinya seperti pistol seakan setelah menembak. Orang itu pergi dengan perempuan di sebelahnya.

= Yuuko`s Room, 19.43 P.M. =

“apa?”
Yuuko terkejut melihat Ciel yang dating dari balkon kamarnya.
“kan aku kira kamu bakal bilang dulu, aku tidak dalam berpakaian!!” Yuuko menahan handuk yang menyelimuti tubuhnya.
 Terlihat tubuh Yuuko yang masih basah terkena air.

“siapa namamu?” Tanya Nac kepada orang itu."

“setidaknya ini sudah malam.” Ucap Ciel dengan tatapan sepi kepada Yuuko.

“tidak sopan jika aku datang dan pergi seperti itu, aku…”

“ya udah, aku akan melakukan apapun asal kamu percaya” Yuuko mulai melepas ikatan handuknya.
Mata Ciel terbelalak melihat tingkah laku Yuuko. Sesaat handuk putih Yuuko tergeletak di lantai kamarnya. Terlihat tidak sehelai benangpun menutupi badan Yuuko hanya rambut Yuuko yang menutupi dadanya dan tangan Yuuko yang menyelip di antara kakinya.

“do whatever you want!!” teriak Yuuko dengan memejamkan mata menahan rasa malu.

“…aku Skull Whiteback” ucap pemuda yang menyerang Raven itu.

To be Continoued…


Jikai, Archerion – Akami`s Guild –

“ …found you…”
-            - Skull Whiteback -

0 komentar:

Posting Komentar