Blogger Backgrounds

Rabu, 27 April 2011

Archerion Chapters 11

Archerion
~ Ever ~
Hujan masih membasahi kota Tokyo saat matahari bersembunyi di sisi lain bumi.

“tadi kamu kemana?”

“maaf, tadi aku melihat Ciel.”

“dan?”

“dia masih hampa.”

“kita lanjutkan saja di chatting mau? Biar lebih leluasa.”

“um.. baiklah. See ya Misa.”

Yuuko menekan tombol merah di ponselnya dan meletakan ponsel di ranjangnya. Yuuko menggeser Mouse di notebooknya dan mengarahkanya ke icon program di dekstopnya.

Gloomy_Girl has inviting Sankarea_Lova to Conference Chat…

Tangan Yuuko mengarah ke symbol centang di tulisan itu.

Gloomy_Girl: Welcome Yuuko.

Sankarea_Lova: hi minna.

Moon_Raven: so, langsung di mulai aja. Gini, dari keputusan tadi dan berhubung besok Archerion Maintenance kita sepakat membuat Guild. Join kan?

Sankarea_Lova: Guild? Aku sih ngikut aja.

Moon_Raven: are okay Yui?

Ichigo: o.okay.

Mag_Silent: Misa?

Gloomy_Girl: sepertinya Yui masih trauma yang dilakukan Ciel.

Mag_Sielnt: Ciel?

Sankarea_Lova: maaf, aku sendiri binggung kenapa denganya. Aku sudah tidak ada urusan dengan Miki. Tetapi dia…

Moon_Raven: bagaimana juga dia lebih lama memainkan game ini. Mau atau tidak, dia harus ikut.

Sankarea_Lova: simpankan 1 tempat.

Gloomy_Girl: Caissa…

Gloomy_Girl: lihat picture ini. Di situ terdapat urutan Guild di Archerion. Lihat Guild paling atas. Dia hanya terdapat 2 anggota.

Mag_Silent: Herion.

Gloomy_Girl: ya, dan Caissa masih tercatat sebagai anggota Guild itu. Dengan kata lain, kita tidak bisa merekrutnya sebelum dia keluar dari guild itu.

Moon_Raven: bagaimana bisa? Dengan 2 anggota bisa menempatkan Guild paling atas?

Sankarea_Lova: Ciel…

= Ciel House, 10:56 P.M. =

Caissa ” batin Ciel seraya menatap bulan dari atap rumahnya. Darah di sekitar lengan Ciel luntur beriringan air yang terus berjatuhan dari langit.
“hai!!” teriak seorang perempuan setelah membuka jendela di seberang rumah Ciel.
Ciel terus terdiam dan menatap langit.
“kamu bukanya orang di sekolah? Apa kamu tidak kedinginan hanya menggenakan celana panjang gitu?” lanjut perempuan itu dengan lembut.

Mata Ciel terbelalak saat melihat sumber suara itu. “ Caissa “ batinya.
Kilatan cahaya menghampiri beberapa bagian bumi dan terdengar suara kencang setelah cahaya itu menghilang.
“Kyaaa!!” teriak perempuan itu seraya menutup matanya dan ke dua telinganya.
Ciel hanya terdiam melihat Caissa ketakutan mendengar suara kilatan petir itu. “umm” Caissa membuka matanya dan didapat seseorang yang berdiri di samping rumahnya telah tiada

= Akami School, 07.29 A.M.=

Suara hentakan kaki Ciel terdengar jelas di pagi itu, sekolah besar itu masih terlihat sepi. Dengan alat kecil yang tersambung kabel dan menempel di telinganya Ciel menaiki tangga menuju kelasnya.
*SRRT* suara gesekan kayu saat Ciel membuka pintu kelasnya, dan di dapat 2 orang perempuang dan 1 lelaki.

“Ciel,” batin perempuan dengan celana panjang itu.
Disekolah ini pakaian tidak terikat dengan peraturan, dengan kata lain. Pakai pakaian sesukamu, dan membuatmu nyaman belajar.
“Ciel, ada yang ingin aku katakan kepadamu.”

“aku sibuk.” Jawab Ciel kepada kakaknya seraya beranjak pergi setelah meletakan tasnya.
Sesaat tangan orang itu menggapai pundak Ciel dan menariknya. Tubuh Ciel tertarik kebelakang.
“Kyoshi!!” teriak Yuki saat pukulan melesat ke pipi kiri Ciel dan membuat tubuh Ciel menatap loker.

“aku muak dengan tingkah lakumu! Meskipun kamu membenci dia, tapi dia tetap ada di dekatmu! Jangan selamanya kamu menyalahkan Yuuko! Ini semua salahmu! Kamu sendiri yang tidak bisa menjaga character..”
“jangan campuri masalahku.”

“Kyoshi! Cukup!”
“…” Ciel terdiam saat mukanya terkena pukul kakaknya.
“sudah aku katakan dari awal, charactermu itu open test beta! Semua bug, cheat, rule. Semuanya ada di character mu. Dan kalau terjadi apa – apa di Ragnarok, itu salahmu! Caissa itu, bukan salah Yuuko. Kamu tidak dapat menjaganya.” Tangan Kyoshi semakin erat menggengam baju Ciel.

“…” dari bibir Ciel keluar darah yang mengalir pelan di sela mulutnya.
“kenapa tidak kamu mencoba menerima Yuuko! Kamu selalu mengatakan kamu sendiri, itu karena kamu tidak pernah menganggap orang -  orang di sekitarmu! Rin, sejak kemarin dia khawatir sama keadaanmu. Aku tau maksudmu agar dia tidak terganggu dengan luka ditanganmu!”

“bagaimana kamu tau.”
“jangan mengalihkan pembicaraan!! Aku katakan kepadamu, ini salahmu. Kamu tidak pernah memikirkan perasaan orang – orang di sekitarmu, aku mencoba menerima kalian seperti adikku sendiri, menerima mu! Menerima Rin! Meski kita bukan kandung, tapi aku sayang kalian.! Kamu seperti ini, apa karena masa lalumu?! Caissa?! Dan seseorang yang telah mengubahmu seperti ini,! Orang yang mengubah kehidupanmu! Orang yang..”

“Kyoshi!! Cukup!!.” Yuki menutup mulut Kyoshi.
“orang itu… orang.. it..u..” Ciel memandangi tanganya.
“WAAAAAAAA!!” teriak Ciel mengingat masa lalunya.
Tubuh Ciel terjatuh, danganya memukul-mukul loker di belakangnya. Sesaat dari mulutnya keluar darah yang membasahi lantai kelas itu.

“kakak, Ciel, Ciel kenapa?” Tanya Yuuko di sela tangisnya.
“mana obatnya? Kyoshi! Mana obatnya!” panik Yuki melihat Ciel kesakitan.
Kyoshi berlari dan mengambil sesuatu di tas milik Ciel. Terlihat botol plastik yang berisi pil – pil. Yuuko mengambilkan tempat minum di tasnya dan berlari ke arah Ciel. Yuki mengambil beberapa pil dan di letakan tanganya.

“Ciel, minum ini.” Ucap Yuki seraya mengarahkan tanganya.
“ugh,” desah Yuki setelah tanganya di hempas tangan Ciel.
Tanpa pikir panjang Yuuko mengambil pil di botol itu dan membuka tempat minumnya. Yuuko memasukan pil itu kemulutnya dan meminum air. Pipi Yuuko terlihat sedang menahan air dan pil itu. Yuuko mengangkat muka Ciel dan menempelkan bibirnya.

Sesaat tangan kiri Ciel memegang pundak Yuuko, Yuuko menahan tangan Ciel sampai menatap loker itu. Tubuh Ciel memberontak saat bibir Yuuko terbuka. Ciuman dari Yuuko terlepas kecil saat tubuhnya terdorong tangan kanan Ciel, dengan cepat Yuuko meletakan tangan Ciel di dada kirinya. Sesaat bibir Yuuko mengikuti bibir Yuuko yang terbuka. Dengan lidahnya Yuuko mengarahkan pil yang dimulutnya masuk kemulut Ciel bersamaan dengan air.

Genggaman tangan kanan Ciel semakin kencang, membuat muka Yuuko merah padam. Telihat di leher Ciel, ada sesuatu yang masuk ke tubuhnya. Yuuko mencoba memeriksa obat di mulut Ciel dengan lidahnya. Lidah Ciel mengikuti Yuuko. Sesaat Yuuko melepas cumbuanya dan melihat kearah Ciel dengan muka merah. Tatapan yang sama terdapat di raut muka Ciel.

“Yuuko..” ucap Yuki tidak percaya melihat tangan Ciel berada di dada adiknya dan tangan adiknya yang satu lagi menahan tangan Ciel.
Yuuko melepaskan gengaman tangan kananya, tangan Ciel terjatuh bersamaan dengan tubuhnya yang roboh. Yuuko menahan tubuh Ciel dan melepaskan gengaman Ciel di kantong baju sebelah kirinya.

“thanks Yuuko.” Ucapan terima kasih Yuki saat melihat Ciel terbaring di tangan Yuuko.
“hh, hh” desah Yuuko menghembuskan dan menghela nafasnya. Yuuko memegang dadanya dan merapikan pakainya.
“kamu nafsu ya?” ejek Yuki melihat tingkah laku adiknya.

“ng! ngak!! Lagi pula aku baru pertama kali melakukan ini!!” Muka Yuuko semakin memerah seraya menutupi sesuatu di kakinya.
“ah, kau ini. Pagi-pagi sudah ingin ke kamar mandi.”

“ayolah Misa, aku ingin merapikan rambutku.” Yuri menarik tangan Misa dan memasuki kamar mandi perempuan.
“kok masih sepi ya ini sekolah? Sering – sering aja gini.” Tanya Misa seraya merapikan baju dan roknya di kaca.

“toh, kita jam 11 pulang juga. Disekolah cuman 3 jam. Kakak kelas kita nanti kan latihan ujian.” Jawab Yuri seraya mengikat rambutnya.
“Yuuko?!” panggil Misa terkejut melihat seseorang keluar dari salah satu bilik di belakang mereka. Terlihat muka Yuuko merah padam dan beberapa kancing pakaianya terbuka.
“kamu habis ngapain? Kamu kenapa? Kamu sakit?” cemas Yuri membantu Yuuko menutup kancingnya.

Yuuko terdiam melihat teman-temanya membantunya. Tangan putih Misa berhenti saat menutup kancing nomor 3 dari atas. Misa menyentuh bagian itu.
“kok kencang? Eh!? Kyaaa!! Yuuko jangan-jangan kamu!!?” Tanya Misa dengan muka merah malu.

“a..apa? ngg..ngak kok!! Aku masih virgin, jadi kencang dong! Memang kamu gak?” Yuuko memegang dan meremas-remas “something” milik Misa dan Yuri.
“iya-iya!! Aku percaya!! Kyaaa!!” teriak Misa kegelian.
“rasanya aneh, tapi lucu.” Tambah Yuri mukanya memerah dengan cepat.

= Akami School Hall, 08.19 A.M. =

*sigh* “kenapa sekolah kita masih masuk ya..” Ryou mengusap-usap kepalanya.
“sebentar juga.” Jawab Nac seraya melepaskan earphone di telinganya.

“Yuuko?” Tanya Ryou melihat perempuan berambut hitam berlari dari kejauhan.
“Yuuko kenapa terlihat tergesa-gesa?”
“katanya dia ingin ke unit kesehatan.” Jawab perempuan di belakang Ryou.
“oh, suaramu sekarang kecil ya Nac? Kaya perempuan.”
“suara? Aku?”
“iya, lho?! Kok ganti lagi suaramu? Tadi lemah kaya perem..”

*Prank*

“maaf ya, kebiasaan buruk. Hihihi” Yuri meminta maaf kepada Nac dan Misa setelah melempar Ryou keluar jendela.

= Akami Health Unit, 08.25 A.M. =

 Langkah Yuuko berhenti saat melihat bayangan seseorang di dalam ruang kesehatan itu. Dengan rasa penasaran Yuuko membuka dagang pintu di depanya. Dan di lihat seorang perempuan sedang merawat Ciel.
“Caissa!” panggil Yuuko terkejut melihat perempuan itu.
“eh?! Maaf, kamu Sankarea Yuuko kan?”
“ (dia masih amnesia ternyata.) Iya, kamu kenapa ada di sini?” Yuuko menutup pintu ruang kesehatan itu.

“ini, aku lupa membalikan jarum suntik yang aku pinjam, saat aku kemari aku melihat ini orang. Dia sekelas dengan kita kan? Dia juga tinggal di sebelah rumahku.”
Bibir Yuuko turun saat melihat Caissa merawat Ciel. Terlihat dari muka Ciel yang damai, Yuuko menahan rasa sakit di hatinya.
“oh ya udah, aku titip Ciel…” Yuuko berlari meninggalkan Caissa yang bingung melihat Yuuko.

“ dia menangis…”

Yuuko berlari dengan air mata yang membasahi pipinya. Sesaat Yuuko berpapasan dengan teman-temanya.
“Yuuko kenapa?”
“entah, Yuuko!! Bentar ya Nac, Ryou. Kami ke Yuuko dulu.” Misa menarik tangan Yuri dan berlari meninggalkan 2 pemuda itu.
“Yuuko!!” panggil Yuri saat membuka pinta kamar mandi perempuan dengan kencang.
“Yuuko, kamu kenapa sayang?” lanjutnya.

“Ciel… Cai.ssa..” Yuuko terus menundukan kepalanya di atas wastafel dengan kran yang masih mengalir.
“kenapa? Caissa kenapa?” Misa memeluk pundak Yuuko seraya mengambil tisu di kantongnya.
“Ciel tersenyum dengan Caissa… sedangkan dia tidak sadarkan diri.......... aku..”
“lantas kenapa kamu menangis? Jangan-jangan kamu!”
“bukan, aku mencoba apa pun yang aku bisa supaya Ciel menyadari keberadaanku.. ta”

“Yuuko…” seseorang membuka pintu kamar mandi perempuan.
“kakak.” Ucap Yuuko dalam tangisnya.
“emosi memang membutakan semua, jangan menangis. Itu reflek. Caissa melakukan itu karena tau mereka itu tetangga, dan pastinya di rumah Kyoshi hanya tinggal dia, Ciel dan adik perempuanya. Kamu cemburu kan?” tegas Yuki seraya bersandar di pintu.
“apa maksudmu? Aku tidak cemburu tapi…”

“apa mau aku ceritakan apa yang terjadi pagi ini kepada teman-temanmu?”
“pagi ini?” batin Misa dan Yuri

1 New Message.

Terlihat gambar surat tertutup di ponsel Misa. Misa membuka ponsel itu dan membacanya.
From: Nac Merfield
Misa, bagaimana keadaan Yuuko? Oh. Karena kalian terlalu lama, kami memutuskan pergi ke Ragnarok. Kata Kyoshi Archerion sudah selesai maintenance. Cepat ya, aku tunggu sampai pukul 12 di Moleria, Mid.

“kita di tunggu Nac dan Ryou, mungkin ada Ciel. Ikut ya sayang? Biar kamu tidak sedih.”
“kalian pergilah dahulu, aku akan membawa adik kecilku pulang.” Yuki menepuk pundak Misa dan Yuri.
“take care of her. See ya” Misa dan Yuri menundukan kepalanya lalu pergi pulang kerumah masing – masing.

“well, apa gunanya kita berangkat kalau kita tidak pelajaran. Mau ikut pulang?”
“um, nan..”
“aku dengar saat sekolah sepi seperti ini, di bilik nomor 4 tepat di belakangmu itu sering terdengar suara wanita menangis atau tertawa kecil. Terkadang dia menawarkan sesuatu.” Tatapan Yuki tajam menatap tepat di kedua mata Yuuko.
“eh?”

“Hanako. Dia ser..”
“Kyaaaaa!! Kakak!! Ayo pulang, ayo!!” teriak Yuuko histeris menarik lengan baju Yuki.
“eh, iya – iya.. hahaha kamu ini.. aku hanya bercanda.” Jelas Yuki setelah berjalan keluar dari kamar mandi dan menyusul Yuuko yang berlari di depanya.

“hihihihi… mau bermain denganku? Hihihih” terdengar suara dari bilik nomor 4.

= Middle of Moleria City =

“ i`m sure, girl are so slow.” Keluh Raven seraya memainkan air di tengah kota.
“minna, gommen ne..”
“Misa?! Kenapa kamu berlari?” Tanya Nac melihat Misa terengah-engah mengatur nafasnya.
“aku takut kalian marah, oh itu Yuri. Mana Yuuko?” Misa melirik perempuan di belakang Raven.
Sesaat keluar portal di tengah – tengah mereka. Terlihat seorang perempuan dengan beberapa kain yang hanya menutupi beberapa bagian tubuhnya keluar dai portal itu.

“Yuuko,! Bagaimana perasaanmu?” Tanya Yuri seraya memeluk Yuuko.
“oh, well. Ini sudah membaik..” muka Yuuko memerah melihat Yuri di pelukanya.
“See, update kali ini secara resmi Lugzent telah keluar dan beberapa hari lagi akan ada Tournament.” Jelas Nac kepada rekan-rekannya.

Lugzent?! Eh? Apa dengan kata lain Caissa bisa di keluar?” Tanya Yuuko setelah berpikir beberapa kali.
“tidak tahu, mungkin saja dia bisa. Tapi aku tak yakin..” tambah Nac memandang Yuuko.
“tidak ada salahnya kita mencoba! Ayo kesana. Misa boleh kami minta tolong?” Raven member semangat kepada Yuuko.
“tanpa di suruh aku mengerti kok. Teleport… Gate! “ keluar portal bundar besar di depan Misa.

“ Semoga kau selamat, Caissa”  Yuuko berdoa sebelum memasuki portal itu.

= Lugzent, Ancient Forest of Black Christmas =

Sesaat mereka keluar dari portal terlihat seseorang yang telah duduk dengan pedang besar yang tertancap di sampingnya.
“siapa itu?”
“well, long time no see…”
“Loki!” kata Nac pelan.

“eh, lihat itu!” Yuri menunjukan bongkahan es di samping Loki.
“han..cu..r..” Mata Yuuko terbelalak tidak percaya apa yang dia lihat.

“Found you… Bastard!!!”

Sekilas Yuuko mengenal suara orang itu, Yuuko melihat ke kirinya dan terlihat seseorang yang berlari menuju Loki beriringan dengan membukanya portal yang dilaluinya.
“oh, you again.” Ucap Loki saat duduk dan melihat kearah orang yang meloncat kearahnya dan akibat sinar bulan, yang Nampak hanya bayangan orang itu.

“Nice Trick.” “tch” gumam lelaki itu saat Loki tiba – tiba berdiri dan mengambil pedangnya lalu menatapkan pedang besarnya dengan senjata kecil di tangan lelaki itu.

“ wait, he can use the moon power?”  gumam Loki terkejut melihat kekuatan lelaki itu yang menghilang saat meloncat tepat di atasnya.

“Ciel – kun.” Panggil Yuuko melihat Ciel.
“You`re done now.” Serangan Ciel berhenti dan berdiri tegak namun agak menjauh dari tempat Loki berinjak.
“apa maksudmu?”

Randomize Element… Force!”

“jadi, serangan yang dia lakukan selama ini? Hanya membuat garisan di antara salju ini, ternyata ini… a seal!” ucap Loki kesal tubuhnya tidak bisa bergerak.
“where Caissa…”
“like a hell I know the bitch..”
Dengan penuh amarah Ciel berlari dengan cepat dan mengarahkan katarnya ke muka Loki. Sesaat gerakan Ciel berhenti saat sebuah senapan besar menghadang kepalanya.

“astaga..” ucap Yuuko seraya terpaku.
“orang itu…”
“Cais.sa.. Caissa!!” Yuri melanjutkan ucapan Misa.
“kheh? Pemandangan yang menyedihkan.”
“Ciel..” lanjut Yuuko melihat tubuh Caissa mengarahkan senapanya ke kepala Ciel dan melindungi Loki di belakangnya. Yuuko menutup matanya “ Ciel.. ”  batin Yuuko dalam tangisnya.

“Ca..Cai..Caissa..” ucap Ciel pelan menurunkan katarnya dan berdiri tegak.
“pergi..” ucap Caissa memandang Ciel penuh arti.
“Caissa..” tanpa Sadar Ciel melepaskan katar yang berada di tanganya.

“Cieeelllll!!!” teriak Yuuko saat mendengar suara senapan.


To be Continoued…

Jikai, Archerion – The day before Tournament; Bloody-Snow -

“… past…”
-              - Ciel Ashigawa -

Archerion Chapters 10


Archerion
-The Symphony of Ice and Flame-

Pilar api yang semula keluar dari kaki Misa dan Yuri membeku saat kehadiran Shiva di sisi Yuuko.

2nd Job Change Skill: “Frost Armor” “ teriak Roxas saat kakinya mulai membeku. Dari dalam baju besi Roxas keluar sinar biru dan menyebar keseluruh tubuhnya.

“dia mengganti element armor nya.” Ucap Misa melihat Roxas yang telah menghabisi Ryou.
 “Misa, bantu Yuri menyelamatkan Ryou.” Pinta Yuuko.
“tapi bagaimana kita bisa mendekat ke arah Ryou, sedangkan…” Yuri terdiam melihat Ryou yang berada di depan Roxas dan di belakang Roxas terdapat Miki dan Kirk.
“dengar, armor milik Roxas ber element es sekarang, dia bukan Knight lagi, mungkin dia sudah menjadi Elemental Knight.”

“bagaimana bisa? Bukanya job ke 2 Knight itu seperti Nac? Shadow Knight ?” Tanya Misa binggung.
“itu job alternative, dengan kata lain itu job yang hampir di peroleh karena cara merubah job itu yang susah... Kembali ke awal, Yuri.. mungkin kamu bisa mengarahkan anak panahmu kepada Roxas dengan Burning Arrow mu, tetapi makhluk yang di samping Miki itu Ifrit, Penjaga Neraka. Tentu saja dia akan menangkis serangan itu. Tapi Ifrit kalah dengan Sylph milik ku ini, namun Sylphku tidak cukup kuat dengan armor milik Roxas yang memiliki element es.” Kata Yuuko melihat para monster yang mulai mendekatinya.

“aku akan membuat celah, jalan untuk kalian. Kita akan lari dan merawat Ryou, hanya dia yang bisa menjadi penahan kita.”
“baiklah, kali ini aku akan membuat perhitungan kepada orang itu.” Kesal Yuri melihat Roxas.

“Go! Frost Drive!!” Yuuko menggesekan tongkatnya ke tanah, dari gesekan Yuuko keluar bongkahan-bongkahan es yang menjalar dan menusuk serta membekukan monster milik Kirk.
kalau es, api tidak bisa… berarti hanya satu cara “ batin Yuri seraya berlari dan melompat dari satu bongkahan es ke bonghakan selanjutnya.

“ Take This!! “ Yuri melepaskan anak panahnya kearah Roxas. Dengan tersenyum geli Roxas mengangkat perisai milik Ryou untuk menahan panah itu, sesaat panah itu menembus perisai Ryou dan mengenai pinggang Roxas.
“cih, apa ini?” geram Roxas kesakitan melihat anak panah Yuri yang tertancap di belakangnya.

“Roxas awas!!” teriak Miki melihat Shiva ke arah Roxas.

Ifrit Spell: Burning Wall!! ” Monster yang berasal dari dalam neraka itu loncat dan menghempaskan pukulanya ke tanah. Dari dalam tanah keluar api di depan Roxas yang menghentikan laju Shiva.

Nice, Yuri sekarang ambil Ryou.” Teriak Yuri melihat dinding api menjadi penghalang kelompoknya dengan Roxas.
“ anak panah apa itu?” Tanya Roxas kesal mencoba mengambil anak panah itu. “jangan! Itu panah berelement  Shadow. Perisai milik Ryou terbuat dari cahaya, dan anak panah ini jauh lebih kuat dari pada Cahaya milik Ryou.” Jelas Miki memegang tangan Roxas.

Misa, Yuuko dan Yuri berlari menghampiri Ryou. Sesaat dinding api itu mengecil dan menghilang masuk kembali kedalam tanah. Yuuko yang khawatir mempercepat larinya dan menarik baju besi Ryou kebelakang dan di bantu Yuri dan Misa. “Misa, Heal Ryou.” Pinta Yuri jauh di belakang Yuuko.

Apothic Field “ Yuuko menghempaskan tongkatnya ke tanah, dari tempat yang di hempaskan Yuuko keluar symbol berwarna biru dan mulai membesar. Symbol itu berhenti di belakang Yuuko dan Miki. Dari dalam Symbol itu keluar cahaya dan membentuk lingkaran.

“menyedihkan, hanya karena kamu ingin menolong Crusader itu, kamu menyerahkan tubuhmu.” Ucap Roxas menetralkan Armornya.
“Pelindung ini tidak akan bisa di pecah kecuali dengan senjata ber-element ya?. Sayang, anak panah milik perempuan itu tidak akan menembus pelindung ini” lanjut Miki menunjuk kearah perempuan dengan rambut merah muda.

“senang bertemu kalian”

“lama tak jumpa, Ifrit” jawab perempuan yang di selimuti hawa dingin dan salju yang bertebaran di sekitarnya.

“aku masih ingat apa yang kalian lakukan kepadaku dan naga pengecut itu” jawab makhluk yang setiap hembusan nafasnya mengeluarkan api dan setiap langkahnya meninggalkan jejak api yang tidak bisa padam.

“maaf saja, itu demi kestabilan dunia ini. Pertempuran antara element bisa mengakibatkan “dia” marah. Maaf kami akan melakukan apa yang dulu kami lakukan kepadamu”  jawab Sylph mendekatkan tubuhnya ke Yuuko.

“try to Sealed me “again”? you can try it!!”

“Yuuko!! Teriak Misa meninggalkan Ryou di pangkuan Yuri. Misa berlari menuju pelindung berwarna biru itu. “Yuuko!! Yuuko!!” teriak Misa seraya memukul pelindung itu.
“Misa?” batin Yuuko seraya melihat Misa yang mencoba menghancurkan pelindung itu.
“dengan gini, tidak ada yang terluka selain aku” ucapnya pelan.

“you are so kind, Yuuko.”

“yeah, like your elder sister. Yuki” tambah Sylph meletakan tanganya ke pundak Yuuko.

“kita akhiri saja pembicaraan bodoh kalian, just shut and …” sebelum Roxas menyelesaikan pembicaraanya Roxas memegang perutnya. Di dapatkan darah di tanganya. “uagh!!” tubuh Roxas melayang bersamaan darah yang keluar layaknya air yang di siram dengan cepat. Tubuh Roxas tergeletak dan matanya memutih.
“Roxas!!” teriak Kirk bingung melihat Roxas yang semula tidak terluka.

Sight!” di sekitar Miki keluar api biru. Sesaat api biru itu bergerak dan memutari seseorang di dekat Roxas. Sesaat api itu memutari orang itu keluar sosok seseorang dengan baju seperti pembunuh bayaran dan perban menyelimuti pakaian itu. Orang itu berdiri dan memandang Miki. Mata Miki terkejut melihat orang dengan jubah dan syal di lehernya.

“Ci..Ciel..” ucap Yuuko terbata-bata melihat seseorang yang telah membunuh Roxas. Mata Yuuko tertuju kepada tangan Ciel yang terdapat senjata tajam. “Katar?” lanjut Yuuko melihat senjata yang berlumuran darah itu.

Ifrit Spell: Lava Land!!

Shiva Spell: Frozen Fragile!!” Tanah yang hampir terbakar itu membeku.
“Kau tau itu Miki.”

“apa?!”
“kekuatan kita terlalu jauh, meskipun kau memanggil Ifrit, dan meskipun aku hanya menggunakan Sylph tanpa Shivapun, kekuatanmu masih kalah.”
“apa yang kamu katakan?”

2nd Job Change Skill: Orb of Wizard “ tongkat milik Yuuko mengeluarkan sinar dan menghilang tersapu debu. Dari debu itu keluar cahaya biru dan terbang di cengkeraman Yuuko.
“Shiva, Sylph. Terima kasih, kalian bisa pergi sekarang.” Ucap Yuuko tersenyum kepada 2 makhluk itu.
Shiva mulai menghilang seiringan angin yang menyapu tubuh Sylph.

“kau makhluk tingkat bawah, tidak akan bisa mengalahkanku.”

“kau salah besar jika bisa menggalahkanku sendirian.”

2nd Job Change Skill: Midnight Dash ” ucap Ciel setelah berlari dan menghilang lalu menampakan tubuhnya di belakang Kirk. Sesaat tubuh Kirk keangkat dan terkena 12 tebasan yang menebas habis tubuhnya. Dari tebasan yang di buat Ciel itu keluar symbol Assassin di langit tempat Kirk tertebas.
“kau tidak paham juga.” Yuuko melepaskan crystal di tanganya itu. Crystal itu terbang dan mengitari Ifrit.

Ifrit Spell: Burning Skin!! Flamehazzard!” api yang semula hanya tampak di tanduk dan lengan Ifrit, api itu mulai membesar dan menyelumuti tubuh Ifrit. Ifrit menembakan bola api dari mulutnya ke tanah. Dari dalam tanah keluar kilatan cahaya api yang menyambar keluar tanah dengan cepat. Crystal yang semula hanya memutari Ifrit itu terkena kilatan cahaya milik Ifrit. Crystal itu menghilang seketika.

“kalau tidak menghabisinya sekarang Flamehazzard  itu akan membakar habis area ini” ujar Yuuko melihat kilatan cahaya itu mulai membesar dan keluar semakin banyak.

Seal!! Dullahan Sword`s” dari tempat Ifrit itu berdiri keluar cahaya yang warnanya sama seperti Crystal milik Yuuko. Sesaat keluar tangan besar dari es yang menempel di muka Ifrit. Dari belakang Ifrit keluar 2 ksatria dengan baju besi. Di sela-sela baju besi itu terdapat cahaya es yang menggantikan tubuh ksatria itu. Ksatria itu menebas tubuh Ifrit membentuk tanda “X” di dadanya. Lalu Ksatria itu meloncat dan menancapkan pedangnya kekepala Ifrit. Dari tebasan tadi keluar rantai biru yang mensegel Ifrit.

“GROAAA!!” teriak Ifrit kesakitan yang api di sekitar tubuhnya mulai membeku.
“eh?” Yuuko terkejut sesaat ada bisikan di telinganya. Tanpa pikir panjang Yuuko mengikuti perintah orang itu. “Sealing Sword” tangan besar dan ksatria itu menghilang sesaat tubuh Ifrit bercahaya dan membentuk Orb yang masuk ke salah satu pedang itu.
Pedang yang didalamnya tersegel Ifrit itu bercahaya dan membentuk ukiran baru di besinya.
“pergilah, aku tidak inggin membunuh.” Ucap Yuuko melihat muka Miki yang ketakutan.
Sesaat pelindung itu menghilang. Dengan cepat Miki berdiri dan berlari menjauhi Yuuko.

“jangan pernah menggangu kami lagi” langkah Miki terhenti saat mendengar ucapan seseorang yang muncul dan berjalan di sampingnya.
“gghhh.” Desah Miki saat tau tubuhnya telah tertebas Ciel yang berada di sampingnya.

“Ciel, apa yang kamu lakukan? Aku sudah memaafkanya.” Ucap Yuuko melihat tubuh Ciel berlumuran darah milik Roxas, Kirk dan Miki.”
“Yuuko..” panggil Misa berlari ke arah Yuuko. Misa meloncat dan memeluk Yuuko dari belakang. “Misa? Kenapa?” Tanya Yuuko seraya mengelus tangan Misa yang di perutnya.

“ kenapa, kenapa hanya aku yang tidak bisa menolong teman-temanku.” Batin Misa mengingat kembali semua yang telah menyelamatkan dirinya.

“Ciel, apa maksudnya itu? Apa Spell itu untuk mensegel Ifrit kedalam pedang itu?” Tanya Yuuko mengingat bisikan Ciel.
Ciel hanya tersenyum kecil saat mengambil pedang yang tergeletak itu. “bagaimana kamu bisa keluar dari es itu? Yang aku tau setelah kami datang tubuhmu tetap berada di balok es itu?” lanjut Ryou seraya di tolong Yuri untuk berjalan.

“nah-nah, baru saja kamu ganti Job sudah membunuh 3 orang.”
“untuk pertanyaan Ryou, aku hacking karakternya supaya tidak kena bug es itu.” Lanjut orang itu seraya menunggangi srigala bertanduk 1 dan berwarna hitam.
“Ashigawa-kun?” kata Yuri melihat kakaknya Ciel yang menaiki srigala itu.

“i`m off” ucap Ciel seraya keluar portal biru di sekitarnya.
“anak itu, yo… titip salam buat Yuki ya, see ya.”
“aku juga, Yuuko nanti kalau ada waktu, ke rumahku ya? J. Bye Yuuko.” Tambah Misa seraya berlari dan mengecup pipi Yuuko sebelum tubuhnya menghilang.

“see ya.” Ucapan perpisahan Ryou kepada Yuuko.
“Yuuko, dating ke rumah Misa ya?” pinta Yuri seraya memeluk Yuuko. Yuuko tersenyum dan mengusap-usap kepala Yuri sebelum tubuh Yuri menghilang.

January, 3th 2011.

“2 hari kamu tidak menyapaku. Semenjak kejadian itu… kamu berubah terhadapku.” Batin Yuuko menatap foto Ciel di meja belajarnya.
Lamunan Yuuko terhenti saat mendengar suara getaran di meja belajarnya. Yuuko mengambil benda yang bergetar itu.

“Yuuko?”

“ya?”

“akhir-akhir ini ada yang aneh denganmu. Kamu kenapa?”

“ gak kok, ak…”

“cerita say, kita sahabat bukan?” please.”

“Misa, thanks. Ta..”

“apa karena Caissa? Itu bukan salahmu, aku tau bagaimana jika aku jadi kamu. Tapi..”

“bukan! Bukan Caissa, i..”

“Ciel??”

“um… iya..”

“memang akhir-akhir ini dia semakin aneh, bagaimana dengan luka di tangan Ciel?”

“luka?”  Sejenak Yuuko berpikir apa yang di maksud Misa.

“oh luka itu, ntah lah. Dia pintar menjaga emosinya. Aku tidak tau dia merasa sakit atau tidak.”

“I see, mau keluar?”

“bagaimana dengan Nac?”

“well, aku sudah menghubungi Yuri, dan Yuri dan Ryou akan ikut pergi keluar, Nac pasti aku ajak. Tapi, aku mencoba menghubungi Ciel dan nihil. Aku menghubungi keluarga Ashigawa dan katanya dia tidak di rumah.” Jawab Misa seraya menutup jendela kamarnya.

“baiklah, keluar mencari udara segar bersama sahabat tidak ada salahnya.”

“ok, tempat biasa kita makan dulu ya?... See ya.” Misa mengakhiri pembicaraanya dengan Yuuko.

*knock*

“masuk” kata Yuuko setelah mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.
“are you okay?” Tanya seorang perempuan dengan baju tipis dan celana pendek yang ketat.
“iya aku baik-baik aja” jawab Yuuko seraya mengaitkan kain dalamnya.
“wah, mau kencan ni?” sindir Yuki melihat adiknya ganti pakaian.

“ng..ngak kok!!” bentak Yuuko seraya menggenakan bajunya.
“well, kalau begitu. Kamu harus berpakaian seperti ini.” Yuki melemaskan jari-jari tanganya.
“kok, kyaaaa!!” teriak Yuuko saat melihat tubuhnya di sentuh-sentuh kakaknya.
“ngh… aku tidak yakin…” resah Yuuko melihat tubuhnya di kaca.
“percaya diri deh, Go on!”

= Ichi Restaurant. Afternoon. 16.12 P.M. =

“Yuuko!!.. wew,  gak biasanya kamu gini.” Bingung Misa melihat pakaian mini dan tipis yang menyelimuti tubuh putih Yuuko.
“maaf, apa ini mengganggu kalian?” ucap Yuuko seraya menundukan kepalanya.
“no, of course not. You are just like, a.. bit different then usual” tambah Misa mencoba mengembalikan semangat Yuuko.

“ “bit”? bukanya itu terlihat pakaianya berubah 180% dari…”

*horn*

“woi, cari mati?!!” teriak seorang pengemudi saat berhenti mendadak karena ada orang yang tergeletak setelah terseret dari pinggir jalan.
“Bakka!!... jangan dipikirkan ya ucapan Ryou tadi” kata Yuri setelah melemparkan tubuh Ryou hingga menyeret jalan dan membuat tubuh Ryou berada di tengah jalan.

“oh.. i…iya” respon Yuuko saat melihat muka Yuri yang cepat berubah ekspresi.
“ Misa, mana Nac?” Tanya Yuuko seraya meletakan tasnya di atas meja.
“dia check-up ke dokter setelah orang tuanya tau apa yang terjadi kepada dia.”
“aku ikut prihatin mendengarnya say” lanjut Yuuko memegang tangan Misa.

“so… apa yang akan dibahas saat ini?” Tanya Ryou seraya berjalan kecil kembali ketempat duduknya.
“wait a sec…” Misa membuka laptopnya dan mulai mengetik dengan cepat.
“hei, maaf telat.” Sapa lelaki dengan jaket yang di kerahnya ada bulu berwarna putih.
“Nac, bagaimana keadaan?” Tanya Yuuko melihat beberapa kain putih yang melekat di tangan dan kepalanya.

“oh, masih sakit sih. Tapi its ok kalau tidak terlalu banyak bergerak.” Jawab Nac seraya duduk di sebelah Misa.
“kenapa denganmu?” Tanya Nac melihat Ryou yang selalu melihat keatas dan memegang hidungnya.
“tadi ada pinky monster yang…”

*horn*

“gotta hell you!! Memang cari mati kau!!?” teriak pengemudi itu dari arah sebaliknya.
Ryou mengangkat kepalanya dan melihat plat nomor mobil hitam itu. “alangkah sempitnya dunia ini” batin Ryou setelah mengingat mobil yang hampir menabraknya itu mobil yang sekarang di depanya.

“maaf ya kebiasaan buruk” maaf Yuri seraya menjulurkan lidah kecilnya.
“Ciel?”
“dia tidak di sini.”
“aku bertemu denganya di jalan. Aku kira dia kemari”

“ kau datang juga?”

“nope”

“mau kemana?”

“dunno”

“I see…” ucap Yuuko lemas setelah mendengar pernyataan Nac.
“nah, ini… updated besok akan ada tournament dan katanya hadiahnya senjata dari job yang menang dan hanya ada 1. Dan kayaknya kita sudah ada cukup orang, bagaimana jika kita mendirikan Guild?” saran Misa seraya memutarkan laptopnya kearah teman-temanya.
“guild? Tapi kenapa?”
“maksudnya?” Tanya balik Misa menangapi pertanyaan Yuri.

“ini hanya game, kenapa harus ada war? Kenapa 1 player harus membunuh player lainya?”
“aku semakin tidak mengerti apa yang kamu maksud” tambah Ryou.

War of Imperia

“war of… imperia?? Apa itu?”
“pertarungan mempertaruhkan istana, dan kekuasaan” jelas Nac seraya melepas jaketnya.
“apa kita akan melakukan itu juga?” Tanya Yuri cemas.
“ntah…”
“aku tidak ingin melihat kejadian kemarin..”
“kemarin? Kemarin ada apa Yuri?”

“Ciel?” batin Yuuko  melihat pemuda yang berjalan di seberang sisi tempat dia dan teman-temanya berkumpul.
Yuuko beranjak dari tempatnya duduk dan berlari keseberang jalan. “Ciel!” panggil Yuuko dibelakang pemuda itu.

Ciel melirik ke sumber suara itu. Dan didapat perempuan berambut hitam panjang dengan pakaian tipis dan kecil. Ciel memalingkan wajahnya dan berjalan ke arah sebelum dia mencari suara itu.
“Ciel, kenapa kamu menolongku?” Tanya Yuuko mengikuti langkah Ciel. Ciel hanya terdiam dan berbolok ke jalan di antara tembok-tembok tinggi.

“kenapa kamu membunuhnya? Aku sudah  memaafkanya.” Lanjut Yuuko dengan muka cemas.
“Ciel jawab.!” Gertak Yuuko. Langkah Ciel berhenti dan melihat ke arah Yuuko.
“apa aku membutuhkan alasan untuk membunuh?” Tanya balik Ciel.
Sesaat dari pintu di sebelah Ciel terdengar suara tembakan dan hentakan kaki yang keras. Ciel meloncat ke kiri saat pintu itu terbuka dengan suara yang keras. Keluar sosok dengan topeng yang menutupi muka orang itu dengan kantong berisi uang.

Orang itu berlari ke arah Yuuko dan menyergapnya. “berikan ponselmu!!” bentak orang itu seraya mengarahkan senjata api ke pipi Yuuko.
“tenang.” Ucap Ciel seraya berjalan pelan ke tempat Yuuko.
“kunci pintu itu!!” bentak pemuda itu. Tanpa pikir panjang Ciel menutup tempat orang itu keluar dan menguncinya dengan balok kayu.

“berhenti atau kekasihmu ini aku lukai!!”
“berhenti bodoh!!” teriak orang itu saat tau Ciel terus berjalan kearahnya.
“Yuuko kemana?” Tanya Misa.
“dia bertemu Ciel, sebaiknya biarkan mereka berdua” ujar Nac seraya memainkan alat makan di piringnya.

“berhenti tolol!!” teriak lagi pemuda itu dengan tanganya bergemetar hebat.
“Ciel, tolong aku…” rengek Yuuko saat senapan api itu mulai mendekati pipi putihnya.
“lepaskan dia.” Pinta Ciel berjalan mendekati pemuda itu.
Hentakan kaki Ciel berhenti saat pemuda itu menembakan peluru dari senjata apinya ke langit.

“wow, kau hebat” ucap Ciel saat melihat burung jatuh di sampingnya.
“Diam kau bocah!! Berikan ponselmu atau aku bunuh wanita ini!!”
“dia bukan pacarku.”
“oh, I see.. she had nice body… so, she`s a bitch.”
Tanpa pikir panjang Ciel berlari kepemuda itu dan pemuda itu menembakan senapanya kearah Ciel. Ciel berbelok dan peluru itu mengenai lengan kiri Ciel. Ciel meraih tangan yang ada senapan di pemuda itu. Lalu mematahkanya dengan memukulnya. Pemuda itu berteriak kesakitan seraya memegang tangan kananya yang patah. Yuuko yang kesal menendang kepala orang itu.

Ciel memegang kepala orang itu lalu menatapkanya ke tembok salah satu di gedung itu.
“tidak masalah jika kamu memotong tanganku.” Ucap Ciel seraya meremas genggamanya yang terdapa kepala orang itu.
“tapi, aku tidak akan memaafkan perkataan rendahanmu itu.” Ciel menghempaskan kepala orang itu ke tembok. Sesaat tetesan hujan mulai membasahi bumi beriringan darah yang menempel di tembok yang mulai luntur.

“Ugh..agh!!” teriak Ciel kesakitan saat mengeluarkan peluru di lenganya dengan gunting di sakunya.
“Ciel, bagaimana tanganmu?” Tanya Yuuko di antara hujan yang membasahi tubuhnya. Yuuko melihat bekas luka di lengan Ciel. “bukanya itu bekas yang waktu… di atap sekolah?” batin Yuuko mengingat kejadian di atap sekolahnya bersama Nac dan Ciel dulu. Yuuko melepaskan bajunya dan mengikat lengan Ciel dengan bajunya. Ciel melihat tubuh Yuuko yang hanya pakaian dalam yang menggantung di atas dan celana mini yang basah dan tipis.

“Yuuko, kamu baik-baik aja?” Tanya Yuki di belakang Yuuko.
“iya kak, yang penting tolong Ci..el” ucapan Yuuko tersendat saat melihat Ciel yang disampingnya menghilang dan hanya ada bercak darah yang menempel di lantai itu.
“ada perampokan, dan aku dapat kabar dari Misa kalau kamu berada di tempat ini. Ngomong-ngomong mana bajumu? Kenapa kamu… kamu masih perawan kan?”
“masih lah!! Ceritanya panjang, tolong bawa aku kerumah dulu. Dingin..”

*Knock*

“kakak…”
“ya?”
“kenapa ada bercak darah kak?” Tanya perempuang di pinggir pintu.
“oh, itu bukan darah.. itu hanya cat.” Ciel menahan rasa sakit ditanganya dengan berbaring.
“yakin kak? Rasanya bukan.” Tanya Rin kepada kakaknya dalam kegelapan.
“iya, bisa kamu keluar sebentar? Aku tidak dalam berpakaian.”

“ah! Maaf kak.” Dengan segera Rin menutup pintu kamar kakaknya.
“hh..hh..” desah Ciel kesakitan. Terlihat tubuh Ciel terbaring dengan darah yang menyebar di kasurnya.

= Yuuko`s Room. Night. 20:02 P.M. =

“Yuuko.. jangan terlalu berendamnya, nanti sakit.” Suruh Yuki setelah mengetuk pintu kamar mandi di kamar Yuuko.
“bagaimana keadaanya… lagi-lagi salahku… apa semua lelaki sama…” Tanya Yuuko kepada dirinya saat keluar dari tempatnya berendam. Yuuko membasuh tubuhnya dengan handuk dan keluar kamar hanya menggenakan handuk.
Yuuko berbaring di kasurnya dengan tatapan polos dan lesu.. “Ciel..” ucapnya sebelum terlelap.

Tomorrow…

“kau gila..” ucap perempuan saat meletakan roti di piring Yuuko.
“kenapa?”
“semalam kau tidur hanya menggenakan handuk, itu juga handukmu terlalu tipis. Bagaimana kalau ada orang masuk?”

“ah! Iya kah? Aku lupa… kenapa kakak khawatir gitu? Apakah tubuhku terlalu seksi?” ejek Yuuko seraya mengikat rambut belakangnya.
“heh? Mimpi kau nak” balas Yuki melepas ikatan di punggung Yuuko.

To Be Continued…

Jikai, Archerion – Ever –
“ I`m battle for my comrades and… my faith”
-      Ryou Karasu -