Blogger Backgrounds

Rabu, 27 April 2011

Archerion Chapters 9


Archerion
-The Forgotten Ones–

“Ya? Siapa ya?” Tanya perempuan polos itu.
Mata Ciel terbelalak tanda tidak percayanya dia. Sesaat bell masuk mengetarkan seluruh ruangan sekolah.
“kamu kenapa? Aku pergi dulu ya?” ucap perempuan berambut hitam panjang itu meninggalkan Ciel di lorong koridor sendiri. Ciel membalikan badanya dan menatap perempuan itu sebelum berbelok menuju kelasnya.

“apa benar itu Caissa?” batinnya binggung. Ciel melihat tanda kelas yang tercantum di atas setiap kelas. Ciel melihat kembali ruangan apa yang di masuki perempuan yang tidak sengaja di tabraknya itu.
“I see..” ucapnya pelan seraya berjalan menuju tangga. Pandangan Ciel kosong setelah tau perempuan itu memasuki ruangan kelasnya sendiri. Ciel menaiki anak tangga langkah demi langkah dengan pandangan kosong. Ciel membuka pintu yang tepat berada di depanya dan merupakan satu-satunya pintu di situ.

Ciel memasuki tempat itu. Tempat dimana bisa melihat seluruh tempat di sekolah.
Ciel berdiri dan bersandar ke pembatas yang terbuat dari besi itu.
“aku menggangumu?” Tanya Ciel seraya melihat danau di sekitar Akami HighSchool.
“nope” jawab seseorang di belakang Ciel. Orang berambut pendek itu meloncat dari tempatnya tiduran dan berjalan menuju Ciel.

“feeling well?”
“apa yang kamu lihat” jawab Ciel kepada Nac.
“I see, kenapa kamu di sini?” Tanya Nac menyandarkan tubuhnya ke besi di sebelah Ciel.
“…” Ciel terdiam dan melihat kalung yang terlilit di tanganya.

“Promise, though we are separated or far away. We`ll never forget each other, because we are best friend, right?”

Ciel mengingat ucapan semasa kecilnya bersama Caissa.
“jangan salahkan dirimu sendiri, ini bukan..” “I know.” Ciel memotong pembicaraan Nac.
“apa?”
“hm?”
“apa yang mau kamu tanyakan?” Ciel melirik ke arah Nac.
“nothing.”
Nac berjalann menjauh dari tempat Ciel dan membuka pintu yang akan membawanya ke lantai bawah.
“yang merasa kehilangan bukanlah kau seorang, jangan begitu dingin. Bodoh.” Nac menutup pintu itu dan turun ke bawah.

Ciel menundukan kepalanya dan tersenyum kecil. Ciel memandangi langit yang bergerak pelan di atasnya, sesaat setetes air menetes dan mengenai dahinya. Ciel beranjak dari tempatnya semula dan berjalan memasuki sekolahnya.

“Ashigawa-kun” panggil Yuuko melihat Ciel berjalan ke arahnya.
Ciel berjalan dengan mata terpejam. “Ciel..” panggil Yuuko pelan. Ciel terdiam dan melewati Yuuko tanpa seucap kata menyapanya.
Ciel..” batin Yuuko menundukan kepalanya.

“Yuuko!?” panggil seseorang dari arah depan Yuuko.
“kamu kenapa?” Tanya perempuan berambut merah muda cerah itu. Yuuko mengangkat kepalanya dan melihat ke arah perempuan itu.
“ya ampun, kamu kenapa?” lanjut perempuan itu menyandarkan kepala Yuuko di pundaknya. Yuuko memegang punggung perempuan itu dan mengeluarkan semua air yang menggenang di kantong matanya.

Perempuan itu mengelus-elus rambut Yuuko, sesaat barang di kantong atas bergetar. Muka perempuan itu memerah dan mengambil barang itu di antara tubuhnya dan tubuhnya Yuuko.

”Jadi ke kantin?” terdengar suara perempuan di ponselnya.

“Misa, kamu bisa kesini? Aku butuh kamu.”

“kamu dimana Yuri?”

“koridor dekat tangga ke atap”

“oke, aku kesana” Misa mengakhiri pembicaraanya yang singkat.

”Yuuko, kamu kenapa? Batin Yuri seraya memeluk erat kepala Yuuko.

Misa berlari dari lantai dasar menuju lantai 2 untuk menemui Misa. Di tikungan koridor Misa berbelok dengan kaki kiri sebagai pacuan untuk membeloknya. “Kyaaa!!” teriak Misa setelah menabrak seseorang di pinggir tikungan itu.
“maaf, maaf” ucap Misa menahan rasa sakit dipaha kakinya dan melihat minuman yang menumpahi orang itu.

“lihat apa yang kamu lakukan!” teriak perempuan itu mengangkat tanganya.
Misa mengankat tanganya mengetahui apa yang akan perempuan itu lakukan. Seseorang menahan lengan perempuan itu dari belakang.
“dia sudah minta maaf.”
“Nac?” panggil Misa setelah mendengar suara di belakang perempuan itu.

Lelaki di samping perempuan itu menampar lengan Nac dan mengangkat leher Nac. “Mis..sa.. lari.” Rintih Nac menahan rasa sakit di lehernya. Tanpa pikir panjang Misa berlari meninggalkan Nac dengan segerombolan kakak kelasnya.
“habisi dia!”

“kenapa? Kenapa aku meninggalkan Nac? Apa yang aku pikirkan? Kenapa?”  Batin Misa seraya berlari di tengah koridor.
“Ryou, tolong Nac!!” teriak Misa saat melihat Ryou bersama Ciel.
“kenapa dengan Nac?” Tanya Ryou seraya meletakan minuman.
“Nac…” Misa berhenti bicara saat Ciel berlari melintas di sampingnya. Misa membalik badanya dan melihat Ciel berlari menyusuri langkahnya. “Ciel!” teriak Ryou seraya menarik lengan Misa.

“ada apa sebenarnya?” Tanya Ryou saat berlari dengan menggandeng tangan Misa.
“um… Nac sedang di serang.. anak kelas XI” jawab Misa melihat tanganya yang terikat jari-jari Ryou.
“pathetic” ucap seseorang yang sedang duduk di kursi koridor itu.
“mau apa kau bocah?” Tanya seseorang dari gerombolan itu melihat anak berambut putih dengan earphone di telinganya.

Ciel berdiri dan memalingkan kepalanya kearah gerombolan itu.
“Ashigawa!” bentak seseorang dengan topi putih di kepalanya.
“how luck, dengan sekitar 600 anak di sekolah ini bisa bertemu seseorang dari keluarga “Ashigawa”?... mau apa kau? Kau tidak sebanding dengan kita.” Kata orang berambut kuning berbadan besar.

“lepaskan dia” jawab Ciel melihat mata Nac yang mulai sayu.
Orang-orang yang memukuli Nac dan mengangkat Nac menjatuhkanya saat mendengar jawaban Ciel. Orang-orang itu mengeluarkan berbagai alat besi dari sakunya. Dan mulai berjalan memenuhi koridor menuju ke arah Ciel.
Ciel mengeluarkan tanganya yang berada di saku celana kirinya. Sesaat tangan Ciel menggengam senapan hitam. Ciel melepaskan pengaman dari senjata itu dan mengarahkan ke arah anak-anak itu.

“itu.. senapan asli?!” teriak orang yang membawa besi kecil saat melihat mata Ciel.
“yang aku tau, mereka tidak pernah menyesal membunuh orang!! Jadi itu benar! Tentang keluarga Ashigawa?!” lanjut orang itu berlari meninggalkan teman-temannya. Satu demi satu anak-anak kelas XI itu pergi dan meninggalkan Nac yang lemas di tembok.
“Ciel, wew.. mana anak kelas XI?” Tanya Ryou bingung.

“apa kamu mendengar semuanya?”
“aku baru saja dating dan yang aku dapat yang sekarang kamu lihat” jawab Ryou menepuk pundak Ciel.
“Ciel mana Na… Nac!!!” pertanyaa Misa terganti oleh teriakanya melihat tubuh Nac yang mulai membasahi lantai di sekitarnya dengan darahnya.
“Yuri! Cepat ke lantai 2.”  Ujar Ryou saat berlari menuju tubuh Nac.
“siapa?” terdengar suara pelan di samping Yuri.

“Ryou, kelihatanya penting. Mau ikut kelantai 2?” Tanya Yuri melihat Yuuko yang sedang membasahi mukanya.
“aku menyusul, tinggal saja. Aku baik-baik aja”
“yakin? Well, see yaa” Yuri mengecup pipi Yuuko dan berlari menuju lantai 2.
“Nac,! Sadar!” khawatir Misa memegang pipi Nac.
“eh?” respon Ryou mendengar suara pecahan kaca di belakangnya. Ryou mencari tau suara itu yang di dapat tubuh Ciel yang tersangkut ditengah kaca yang pecah.

“ini yang kamu cari?”
“iya, terima kasih.” Perempuan berseragam Junior HighSchool itu berlari meninggalkan lelaki itu.
“sudah aku bilang, senapan palsu ini akan di gunakan Rin untuk drama”
Ciel mengacungkan ibu jarinya arti tanda mengerti kepada kakaknya.
“Ryou ada apa?” Tanya Yuri seraya melihat Ciel membenarkan posisi tubuhnya.

“Ciel gunakan mobilku untuk mengantar Nac.” Ucap Ryou melemparkan kunci yang berada di sakunya kepada Ciel.
“astaga, Nac? Nac kenapa? Kenapa bisa gitu?” Tanya Yuri bingung.
Dengan menahan rasa perih di kepalanya Ciel berlari menuju tempat parkir, tempat mobil Ryou berada. Ryou mengangkat Nac dan berlari menyusul Ciel. “Misa, ada apa?” Tanya Yuri semakin bingung.

“udah ikut aja” ajak Misa saat berpapasan dengan Yuri.
Ciel menekan tombol “open” di remot yang bergantungan di dekat kunci milik Ryou. Terlihat dari kejauhan lampu mobil sport putih berkelap-kelip.
“boleh aku ikut?” Tanya seseorang perempuan berambut hitam ungu.
“Yuuko! Masuk.” Jawab Yuri seraya membukakan pintu untuk Yuuko.
“Nac kenapa?”

“Nac… sadar..” rengek Misa melihat Nac tergeletak di pangkuannya.
Air mata Misa semakin deras melihat muka Nac di pangkuanya. Yuuko menyandarkan kepalanya Misa ke bahunya
“bawa kerumahku saja.”
“rumahmu? Kenapa ti..”
“aku mohon!” bentak Misa kepada Ryou yang duduk di depan menemani Ciel.

= Misa House, Afternoon, 15:20 P.M. =

“maaf merepotkan semua, kalian boleh pulang sekarang.”
“bagaimana dengan Nac?”
“aku akan menjaganya.”
“kemana keluargamu?” Tanya Yuri kepada Misa yang duduk di seberang kasur Nac.
“hari ini tidak ada, mungkin lusa baru pulang.”

“dimana Ciel dan Yuuko?” tanya Ryou memotong pembicaraan Misa dan Yuri.
“ntah lah, hari ini Ciel aneh. Dia tidak berkata seucap kata pun” tambah Ryou.
“aku akan menginap, menemani Misa.” Ucap Yuri.
“yakin?” thanks ya sayang”
“aku ikut. Siapa tau kalau kalian butuh apa-apa” lanjut Ryou tersenyum kepada Yuri.

“bagaimana dengan keadaanya?” Tanya Ryou melihat Nac yang terbaring lemas.
“darahnya sudah berhenti, sebaiknya biarkan saja dia sendiri untuk istirahat… Nac, kalau butuh aku, cepat sadar ya. Aku selalu siap buat kamu” bisik Misa seraya meninggalkan kecupan di dahi Nac.

= Lugzent, Ancient Forest of Black Christmas =

“Caissa..” batin Ciel melihat seseorang yang berada di dalam balok es.
Ciel mengusap-usap balok es itu. Ciel duduk dan bersandar di sisi balok es itu. “apa yang akan kamu lakukan sekarang?” Tanya Ciel seraya melihat langit dan salju yang berjatuhan.
“aku bingung, tubuhmu yang di dunia nyata tidak mengenalku lagi, kenapa semua bisa seperti ini? Siapa yang harus aku salahkan?”

Ciel mengambil pisau di ikat pinggang belakangnya. “see, hanya pisau ini yang tersisa dari Loki. Dan hanya pisau ini kenangan darimu.”
“meskipun level dan atknya kecil, aku selalu ingin menggunakannya. Tapi sekarang, aku hampa.”
“tch” Ciel menggoreskan pisaunya itu ke tangan kirinya sehingga mengeluarkan darah.
Ciel mengangkat tanganya dan meneteskan ke balok es tempat Caissa berada.

“With this blood, I`m promise, I`ll back, to protect you.” Ciel menancapkan kedua pisaunya di hadapan Caissa.

Seal

Ciel mengeluarkan sebuah kotak dari inventory nya, kotak itu mengeluarkan rantai yang mulai mengikat pisau milik Ciel dengan balok es itu. Dengan muka sedih Ciel mengaktifkan portal menuju kota Lug.

= Flare Town 2nd Floor =

“hh..”

Frost Wall!!

Yuri > Sankarea = Yuuko

Sankarea > Yuri = oh hi, loh? Kok Misa juga online?

Yuri > Sankarea = iya, aku dan Ryou mau menginap di rumahnya Misa, dan kami baru pulang untuk mengambil laptop

Sankarea > Yuri = oh, I see.

Yuri > Sankarea = Yuuko, ke Luc! Ada Ciel.

Dengan segera Yuuko berpindah ke tempat yang di beri tahu Yuri.

= Lug, The Winter Town =

“Ciel, mau hunting?”
“no” jawab Ciel singkat melihat seseorang keluar dari portal.
Di sekeliling Ciel mulai keluar portal saat perempuan itu menampakan tubuhnya. “Ciel!!” teriak Yuuko saat melihat tubuh Ciel mulai menghilang dan melihat tangan Ciel yang berdarah.

“well, sekarang mau apa?” Tanya Ryou melihat dirinya di antara perempuan.
“huting saja deh, dari pada bengong.”

Thunder Bolt! “ dari arah jarum jam di angkat 2, keluar bola listrik yang menghampiri Ryou.

Freezing Arrow! “ panah Yuri yang membeku bertatapan dengan Listrik itu.

“cih, apa itu?” Tanya Ryou kesal.
“aku masih menaruh dendam kepada kalian.” Ucap seseorang dengan tombak besar dan di kedua ujungnya tajam.
“suara itu,!”

“Senang ketemu lagi dengan kalian., iya kan Roxas?”
“Miki?” panggil Yuuko melihat perempuan itu.
“So, dimana bocah Shadow Knight dan Thief itu?”
“tenanglah Kirk,” jawab Roxas kepada Necromancer di sebelahnya.

kalau terjadi pertempuran, jelas kami akan kalah. Tidak ada Nac sebagai penyerang dan Ciel sebagai pembantai “ batin Ryou mengeluarkan perisainya.

” Spear Boomerang “ Roxas melemparkan tombaknya kearah Ryou dan Misa.

Shield Boomerang “ Ryou melemparkan perisainya dan mengenai tombak milik Roxas.
Roxas berlari dan mengambil tombaknya yang tertancap di tanah. “kau terbuka sekarang!” Roxas mengayungkan perisainya kearah Ryou yang lengah tanpa perisai.

“Ryou!! Fros…” “ Burning Flare Ball “ spell Yuuko terhenti saat bola api berwarna hitam mengenai kakinya.
“Kyaaa!!” teriak Yuuko kepanasan.

Heal!!

“ kita kalah,” ujar Yuri melihat monster monster yang di buat Kirk menghampiri Ryou yang sedang bertarung dengan Roxas.

Jack Frost!! “ Yuuko menghempaskan tongkatnya. Dari dalam tanah keluar serpihan kaca yang mengenai kaki monster dan musuh Yuuko. Dari serpihan kaca itu membentuk bongkahan es dan membekukan semua orang kecuali Yuuko, Misa, Yuri dan Ryou.

Spell Canceled “ Miki mengayungkan tongkatnya pada saat itu juga bongkahan es yang hampir membekukan Miki pecah.

“astaga..”
“kenapa? Terkejut? Sayang sekali, aku Warlock , Burning Warlock.. lawan terkuat dari elementmu.”
“astaga,”

“sekarang giliranku, Fire Pillar!!” dari pijakan tempat Yuuko keluar api, begitu juga teman-temanya. Mereka mencoba melompat menghindari api-api yang keluar dari dalam tanah saat mereka memijakan kaki ke tanah.

“ thanks Miki, Brandish Spear!!” dengan kecepatan penuh saat Ryou melompat Roxas berada tepat di depan Ryou. Tombak milik Roxas di tancapkan berkali-kali saat Ryou melayang dan menembus armor Ryou sampai kebelakang.

“Ryou!!” teriak Yuri dengan muka takut.
“Kyaaa!!” lanjut Yuri kesakitkan lenganya di pegangi oleh monster yang mulai menangkap Yuri.

“Die you!! Ifrit Spell : Burning Flame Terror!!” tanah yang membeku semula retak dan pecah, dari dalam tanah itu keluar tangan besar dengan cakar dari api. Terlihat sosok makhluk monster bertanduk dengan api yang mengitari dan di ujung tanduknya. Monster itu loncat dan mengeluarkan bola api besar dari mulutnya. Bola api itu di tembakan berulang kali kearah Yuuko, Ryou, Misa, dan Yuri.
“kita tamat.” Ucap Misa melihat bola api yang besar itu.
“aku lebih kuat darimu,”

Sylph Spell: Morning Wind. Shiva Spell: Blizzard  “ keluar angin yang kencang  yang dingin dan menghempaskan api dari bola api itu. Saat bola api itu terjatuh menuju Yuuko, keluar dinding es yang menahan bola api itu.
Spell ini!?” batin Miki terkejut.
“apa-apaan kamu! Siapa kamu sebenarnya.” Bentak Kirk melihat monster yang menangkap Yui membeku dan hancur tersipu angin.

“aku terkejut pertama kali melihat Warlock dengan spell yang kuat, tapi sayang… aku.. Wizard type Hybrid.” ucap Yuuko dengan pandangan mata yang tajam serta perempuan yang keluar dari angin dan keluar dari serpihan salju berada di sisi kanan dan kirinya.

To be Continued…

Jikai, Archerion – The Symphony of Ice and Flame –
“ Can you, feel my pain?”
-      Nac Merfield -

0 komentar:

Posting Komentar