Blogger Backgrounds

Minggu, 19 Juni 2011

Archerion Chapters 15


Archerion
- Strip and Burn! -

“bersiaplah” seru Luca melangkah ke arah Raven.

“kekuatanya lebih besar dari yang tadi” batin Raven melihat tanah di sekitar Luca mulai terangkat seiring kaki Luca melangkah.

“dia menghilang! Tidak, dia berlari karena cepat jadi tidak kelihatan.” Tambah Raven melihat tempat Luca berada tadi hancur saat Luca mulai berlari dengan cepat.

Luca melepaskan pukulan ke tubuh Raven, dengan sigap Raven menahan serangan Luca dengan perisainya. Luca kembali melepaskan tendangan bertubi tubi ke Raven. “aku tidak ada celah” ucapnya menahan serangan Luca. Luca memutarkan tubuhnya dan menyerang bertubi – tubi dengan tangan dan kakinya.

“ Faint Punch!! “ dari tangan Luca keluar cahaya abu – abu lalu melancarkanya ke tubuh Raven. “percuma” batin Raven menahan pukulan Luca itu dengan pedang nya.

“merasakan sesuatu?” senyum perempuan itu di balik pakaian dalamnya.

“aku tidak dapat bergerak, bahkan mengucap sesuatu” tubuh Raven terkujur kaku dengan posisi yang sama setelah menahan pukulan terakhir Luca.

“maaf, sebaiknya aku akhiri saja. Kau telah membuatku malu!!” aura di sekitar Luca semakin membesar.

“ Sting Dragon!! “ Luca berpindah ke belakang Raven. Nampak cahaya dan symbol merah yang semula Luca tinggalkan di punggung Raven. Dari samping tangan Luca keluar cahaya yang membentuk benda tajam. Luca menyerang Raven tepat di symbol itu dengan aura biru yang membentuk benda tajam itu dari tangan Luca.

Mata Raven memutih dan retina nya mulai menghilang. “Ra..Raven…” ucap Yuri dengan muka ketakutan. Tubuh Raven mulai roboh terdengar hentakan besi dari armor dan perisai Raven yang menatap lantai.

“2nd Job Skills… Barrier” Raven memejamkan matanya dan membukanya kembali, dari sekitar area Raven tergeletak keluar sinar putih yang mengitari tubuh Raven. “dia? Tidak mati?” Luca terkejut melihat tubuh Raven yang melayang dan di kelilingi cahaya. Perlahan kaki Raven menompang tubuhnya dan Raven berdiri dan memandang tajam mata Luca.
Luca menarik tubuhnya menjauh dari Raven “bagaimana bisa dia menahan seranganku itu? Seharusnya dia tidak dapat berdiri.” Batin Luca yang terkagum dengan Raven.

“Skill apa itu Misa?” tanya Yuri melihat ke arah Misa setelah melihat tubuh Raven yang di sekelilingi cahaya

“belum pernah aku mencoba ini… tapi baiklah.. 2nd Job Skills!! Buster Hurricane” angin di sekitar tubuh Luca berputar dan bercampur aduk dengan aura kuning merah Luca. “2nd job Skills!! Blazing Hurricane!!” angin yang bergesekan dengan tanah mengakibatkan percikan api yang ikut berputar seiring dengan lajunya angin itu.

Sekejap tubuh Luca di selimuti angin dan api. Luca mengencangkan genggaman tanganya dan membuat angin dan api di sekitarnya berpacu dan menjadi 1 di genggaman tangan Luca. Luca berlari dengan kecepatan tinggi tiap pijakanya keluar angin yang mengitari kaki Luca.

“2nd Job Skills!! Furious Burning Fist!!” Luca melancarkan pukulan dengan kanan nya ke arah Raven. Raven menutup matanya dan mengangkat perisainya. “2nd Job Skills!! Reflect Barrier” aura di sekitar Raven menyatu dan menempel di perisai Raven. Pukulan Luca tadi mengeluarkan semburan api yang berputar.

“Raven!!” teriak Yuri melihat semburan api yang besar menyelimuti tubuh Raven.

“eh?” Luca terkejut melihat Raven masih berdiri tegak dengan tatapan yang tajam. “kenapa tidak berguna? 2nd Job Skills!! Hurricane Fist!!” Luca mengarahkan tangan kirinya yang mulai di selimuti angin yang berputar. “2nd Job Skills!! Reflect”  Raven memantulkan serangan Luca dengan perisainya. Angin yang dilepaskan tangan kiri Luca membalik dan menebas2 tubuh Luca yang terjebak di tengah pusaran angin itu.

“selesai, maafkan aku…” Raven membuka matanya dan melihat perisainya yang mulai hancur. Nampak liukan dan putih tubuh Luca yang tanpa pakaian membalutnya. Mata Luca mulai berlinang air mata di batas matanya. Luca tertunduk dan duduk seraya menutupi tubuhnya dengan mukanya yang memerah.

“Raven!! Aku bunuh kau!! Aku bunuh!!”

“sabar!! Sabar sabar.” Misa kembali menahan Yuri yang ingin melepaskan anak panahnya.

Raven mendekati Luca dan melepaskan jubahnya lalu menanggalkanya di tubuh Luca. “nice battle, let`s do it again sometimes.” Raven tersenyum puas seraya melihat ke arah Luca yang  bertudung di balik jubah hitam Raven.

1st Tournament Group A

The Winner is Raven.

Raven berjalan meninggalkan Luca yang sedang terduduk sendiri dan mulai terlihat symbol yang akan men-teleport kan dia.

“yo!” sapa Raven saat berjalan di lorong dan bertemu seseorang yang telah bersandar di dinding.

“hm?” respon Ciel kepada temannya itu.

“kamu melihat pertarunganku tadi?”

“aku baru saja datang.”

“Raven!!! Eh Ciel? Sejak kapan?” tanya Yuri setelah menatapkan kepala Raven ke dinding dan mengakibatkan dinding itu hancur dan retak.

“kenapa aku?”

“kamu melakukan hal buruk di arena tadi!!”

“um…Raven…” panggil seseorang perempuan dengan nada malu.

“ya? Eh! Luca?” panggil balik Raven melihat seorang perempuan yang mencoba menyelimuti tubuhnya dengan Jubah hitam.

“selamat dan terima kasih atas pertandingan tadi.” Luca memeluk Raven sesaat jubah Luca terjatuh dan membuat tubuhnya terlihat jelas.

“Kyaa!!” teriak Luca kembali terduduk dan menutupi tubuhnya.

“Pervert!!”

“You are the worst!!”

Yuuko dan Yuri memukul Ciel dan Raven hingga terpental jauh dan menatap dinding. “sebaiknya bergegaslah dan kenakan pakaianmu.” Misa meletakan jubah di tubuh Luca dan mengantarnya ke tempat istirahat.

Tournament Group B

Ciel vs Tsukasa

“your turn Ciel.” Seru Raven mencoba bangkit dari tempatnya. Ciel tersenyum kecil dan beranjak dari tempatnya meninggalkan Raven.

“Ciel…” panggil Yuuko saat Ciel berjalan di depanya. Tanpa jawaban Ciel hanya menoleh dan memandang sepi Yuuko. Yuuko terdiam dan menundukan kepalanya.

“good luck” ucap Yuuko pelan. Ciel terdiam dan melanjutkan langkahnya. “thanks.” Ciel menghilang saat Yuuko menaikan kepalanya.

Ciel menghirup udara di sekitar tempat yang di kerumuni banyak orang, Nampak seseorang keluar dari dalam portal dengan pedang di pinggangnya. Matahari terik menyinari mereka berdua.

“apakah benar kamu yang di cari di kota Lug?” tanya lelaki itu dengan rambut spike, armor ringan dan jubah krem yang mengikat lehernya sampai kakinya.

“maybe” jawab Ciel singkat dan santai.

“itu adikmu Shi?” tanya perempuan dari bangku penonton yang letaknya lebih tinggi dari bangku penonton lain nya.

“iya, lelaki dengan rambut putih, syal merah, baju seperti assassin yang terikat perban-perban itu.” Jawab Kyoshi memandangi Ciel.

1st Tournament Group B

Start!

” Ciel, Rin sakit. Badanya panas, mungkin demam.” Ciel teringat perbincangannya dengan kakaknya.

“sekarang dia dimana? Apa dia sudah dirumah?” jawab Ciel panik.

“aku mulai!!” Tsukasa berteriak dan mengambil pedang yang begelantungan di sabuknya.

“dia di rumah Caissa, dan aku ini pun di beri tau Caissa.”

Tsukasa bergerak dengan cepat dan mengitari Ciel. Ciel memejamkan matanya tanpa menyentuh senjatanya.

“nah, you can`t see me kheh?”

“Caissa?”

“kenapa dia tidak bergerak?” tanya Raven melihat Ciel terdiam.

“iya, bawa lah Rin pulang.” Kyoshi melihat pemandangan luar jendela dengan sapaan sinar terik matahari yang menjadi satu satunya sumber cahaya di kamar itu.

“Die!!” Tsukasa melompat dan hendak menghempaskan pedangnya dari arah depan Ciel. “heh?” Tsukasa terkejut mengetahui tapak kaki Ciel di belakangnya dengan memegang ke dua pisau di tangan kanan dan kiri Ciel.

“Blizzard Strike” dari dalam tubuh Tsukasa mengeluarkan serpihan es dan es itu mulai membeku dan membuat Tsukasa terperangkap di tengah es itu dengan cepat.

“say it, surrender.” Seru Ciel tanpa melihat orang yang membeku di belakangnya.

“I`ll never give the hell up to you!! Son of a…” sebelum Tsukasa mengakhiri perkataanya Ciel menendang es itu dan membuat kilauan es dan serpihan es akibat pecahnya es itu beriringan hancurnya tubuh Tsukasa.

The Winner is Ciel

“a..astaga…” Yuuko memasang muka ketakutan dan tidak percaya.

“cepat sekali…” tambah Yuri mengenggam erat tanganya.

“sadis” ucap Raven melihat darah yang membeku di sekitar arena itu.

”anak itu…” batin seseorang di sebelah Kyoshi dengan tatapan mata yang tajam.
Arena yang senyap melihat tindakan Ciel, mulai ricuh dan menyebut nama Ciel. Di seputar Ciel mulai keluar portal dan membuatnya status Offline.

“dia offline,” Yuuko berlari bermaksud menemui kakaknya di selatan bangku penonton.

“kakak!!” panggil Yuuko dengan nafas yang terengah – engah.

“hm? Kenapa? Oh iya, tadi kamu lihat pacarmu? Keren ya?” jawab Yuki dengan muka berbinar – binar.

“keren apanya!!” respon Yuuko kesal melihat muka kakaknya.

“dia offline ya.”

“kak, 1 hari berapa pertandingan? Setiap group?” tanya Yuuko melihat dan memandangi serpihan es yang tertiup angin dan terbang di depan nya.

“1 group 1 orang pertandingan, dengan kata lain jika kamu sudah maju, kamu tidak akan bertanding lagi di hari yang sama selama system group ini.” Tekan Yuki menyandarkan punggungnya.

“yah, berarti aku harus masih di sini dong?” tanya Yuuko dengan muka tanpa semangat.

“yup, kalau memang kamu ingin bertanding.” Lanjutnya.

= In front of Caissa House, Afternoon,  15:45 P.M. =

Ciel menggetuk pintu depan rumah Caissa, Ciel melihat garasi rumah Caissa yang terdapat mobil merah dengan cap atas yang terbuka. Terdengar suara lembut perempuan dari dalam rumah itu. Caissa membuka pintu rumahnya, Ciel tertegun mendapati perempuan dengan tanktop hitam dan celana pendek yang menyambutnya.

“oh, Ashigawa – kun?” sapa Caissa melihat lelaki dengan pakaian hitam yang serba gothic.

“Rin ada?” tanya balik Ciel melihat mata biru laut Caissa.

“oh, silahkan masuk, dia lagi tertidur.” Caissa menggeser tubuhnya dan membuka jalan untuk Ciel masuk ke dalam rumahnya.

“duduk lah” pinta Caissa sebelum masuk dan menyiapkan minuman buat Ciel. Ciel memandangi foto yang ada di dekat perapian itu. Sesekali Ciel melirik ke arah anak kecil dengan topi musim semi. Konsentrasi Ciel terhenti saat mendengar benturan antara keramik gelas dan meja tamu milik Caissa.

“um…” Caissa menggesekan tangan kirinya dengan tangan kanan nya.

“maaf soal di Archerion itu..”

“oh… iya…”

“kamu marah ya?” Caissa duduk di sofa berwarna hitam.

“nope” tanpa sengaja Ciel memandang kalung yang di kenakan Caissa.

Ciel mengambil gelasnya sesaat Caissa melihat tangan Ciel yang terlilit kalung yang sama dengan miliknya. “hei, itu kalung ya?” Caissa menunjuk ke arah benda yang berada di tangan Ciel.

“kok sama ya?” Caissa mengeluarkan kalung yang sempat masuk di antara dadanya.
Caissa mengambil tangan Ciel dan menyatukan dengan kalung di dadanya. “ini… terhubung..” terlihat 2 huruf C yang saling bersentuhan dan menjadi seperti symbol hati.

“ini, dari mana kamu mendapatkan itu?”

“dari ingatan masa lalu” jawab Ciel mukanya mulai memerah melihat tanganya masih  menempel di bagian terindah perempuan itu.

“ini aneh, aku mendapatkan ini saat dulu dengan teman semasa kecil ku.” Caissa menunjukan fotonya dan anak laki – laki berambut putih.

“tapi aku tidak dapat menginga…”

“kakak… kakak lagi apa?” panggil perempuan kecil seraya mengusap mata nya.

“Rin?” panggil balik Ciel melihat adek nya itu.

“kalian lagi ngapain?” tanya Rin dengan mata sayu.

“heh? Kyaaa!!” teriak Caissa tanpa sadar merasakan sesuatu di badan nya. “ingatanmu belum kembali… tapi aku senang melihatmu begini” batin Ciel saat terduduk setelah di dorong Caissa.

Tournament Group C

Yuuko vs Roxas

“kheh, akhirnya kita ketemu kembali.” senyum jahat Roxas melihat perempuan berambut hitam yang di kuncir seperti kuda pony dan mengenakan pakaian layaknya penyihir.

“Ciel, kamu tidak melihat pertandingan perdanaku…” batin Yuuko dengan muka sedih.

Start!

“lets having fun bitch!” teriak Roxas seraya mengeluarkan Spear nya.

“kheh! Kenapa aku di panggil seperti itu!!” teriak Yuuko kesal.

Flame Strike!!Yuuko mengeluarkan semburan api yang melaju cepat ke arah Roxas. Roxas menghentikan langkahnya, namun semburan api itu meleset. “ternyata memang susah mengeluarkan Spell tanpa tongkat” batin Yuuko setelah symbol spell berwarna merah menghilang.

“yang aku inginkan melawan kepala bawang atau Shadow Knight itu. Tetapi apa boleh buat hadiah Tournament ini lebih penting meskipun aku mendapatkan musuh newbie sepertimu” sindir Roxas dengan senyum jahat nya.

“Spear Boomerang” Roxas melemparkan Spear nya ke arah Yuuko yang tak jauh dari tempatnya berpijak. Dengan santai Yuuko menggeserkan badanya sedikit dan menghindari Skill Roxas itu.

“Flash” Dengan cepat Roxas menghilang dan berpindah di tempat Spear nya terbang tadi. Dengan posisi bebas Roxas menancapkan Spear nya di lengan Yuuko hingga tertembus.

“tch, ugh…” desah Yuuko saat darah mulai keluar dari tubuhnya, Yuuko memalingkan pandanganya seraya melihat Roxas di belakang nya.

“Sanka… san…” batin Misa seraya menggenggam telapak tangan nya.

“Burning Spear!” Sesaat senjata milik Roxas mengeluarkan api.

“astaga, Yuuko..” gumam Raven melihat ujung Spear Roxas yang terbakar dan belakang tubuh Yuuko.

“Kyaaaa!! Sakit!! Panas..!!” teriak Yuuko kesakitan.

“teriakanmu lucu… ulangi lagi!” rayu Roxas seraya mencabut Spear nya.

Saat tubuh Yuuko mau terjatuh, Roxas menyekap tubuh nya dari belakang. Yuuko terkejut di antara linang air mata nya. “apa.. yang akan kamu lakukan…” tanya Yuuko di sela tangisnya. Kaki Yuuko tidak kuat menampung badan nya, tubuh Yuuko mengantung di pelukan Roxas yang tangan kirinya menahan badan Yuuko.

Darah dari lengan Yuuko semakin banyak dan terdapat luka bakar di tempat darah itu muncul. “untung ini Tournament, kekasihmu tidak akan dapat menolongmu.” Lanjut Roxas memandangi tubuh Yuuko di pelukan nya.

“bagaimana bisa perempuan sepertimu jatuh hati dengan kepala bawang itu?” “pergi!!” teriak Yuuko mencoba melepaskan tubuhnya seraya menahan sakit di lengan nya.

Saat Roxas memeluk Yuuko dengan erat, tubuh Roxas mulai keluar aura biru dan membakar tubuhnya. Roxas melepaskan tubuh Yuuko membuat Yuuko terpungkur dan menahan sakit di lengan nya.

“dammnn!! Apa ini!! Panas !! “ teriak Roxas mencoba melihat tubuhnya yang terbakar karena api biru.

“sorry..” pinta maaf Yuuko di sela tangisnya dan melihat tubuh Roxas terbakar. Sesaat dari api biru itu menjadi padat dan membeku.

“astaga, api itu..” seru Yuki melihat seseorang yang membeku.

Freezing Flame “ lanjut Kyoshi melihat jubah yang di kenakan Yuuko.

“bukanya jubah itu yang selalu di kenakan Ciel?” tanya Misa saat jubah itu mulai mengeluarkan api biru.

“Vladmir, hanya beberapa kemungkinan cloak itu akan aktif, saat cloak itu aktif sesuatu yang di anggap musuh oleh pengguna cloak itu akan terbakar oleh api biru, dan setelah itu api biru itu akan membuatnya membeku.” Jelas Raven setelah mendengar percakapan di sebelah nya.

“Congrats Yuuko.” Tambah Yuki melihat adek nya menang. Yuuko tersenyum seraya melihat ke arah kakak nya dan Yuuko tidak sadarkan diri karena banyak mengeluarkan darah. Symbol teleport pun keluar di sekitar Yuuko dan membuatnya ke Healing Ground.

Cure” Yuki menetralisir status Roxas. “kamu benar, Cure biasa tidak dapat menetralisir api beku itu” tambah Kyoshi seraya meneguk minuman. Api yang semula membeku mulai menghilang dan mencair.

“cih! Cewek sialan! Aku tidak boleh kalah darinya!” Roxas berteriak tidak percaya. Sesaat cahaya berwarna kuning mendekati dia dan keluar suara dari cahaya itu.

“silahkan keluar dari arena agar arena ini dapat di gunakan”

“tidak! Aku tidak akan keluar sebelum mengulangi pertandingan ini.”

Healing Ground

“um.. sebaiknya aku offline, aku ingin mengabari hal ini kepada Ciel.” Gumam Yuuko seraya menutupi sebagian tubuh nya saat berada di lingkaran berwarna hijau yang mengeluarkan cahaya dan menutup luka di lengan Yuuko.

Colosseum Arena

“dia tidak menerima jika kalah dengan perempuan.. menyedihkan..” ejek Raven tertawa geli.

“pergilah.” Seru lelaki di belakang Roxas.

“siapa orang itu?” tanya Yuri terkagum melihat penampilan orang itu.

“cih pergi kau!!” teriak Roxas seraya memalingkan badan nya.

“aku minta sekali lagi. Pergi.” Seru orang itu di balik pakaian gothic dan sal di tangan kirinya.

“persetan denganmu!!” teriak Roxas seraya memalingkan badanya. Saat memalingkan badan nya tangan orang itu menembus jantung Roxas. Roxas terdiam tidak percaya melihat tangan itu di tubuh nya.

“tunggu.. bagaimana bisa dia menembus perisai di sekitar pelindung arena itu? Seharusnya yang dapat masuk hanya peserta yang akan ber-duel” bingung Yuki melihat tubuh Roxas penuh darah.

Orang itu mengeluarkan tanganya dari dada Roxas. Terlihat jantung Roxas berada di tangan orang itu. Dan orang itu meremas tanganya sehingga jantung di genggaman nya hancur. Tubuh Roxas terjatuh dengan mata kosong.

“semakin banyak orang sadis.” Misa tidak percaya apa yang di lihat nya.
orang itu melihat ke arah seseorang di bangku penonton dengan senyum licik. “skull..” panggil seseorang perempuan di samping nya.

Dengan segera keluar symbol teleport di sekitar Skull dan mentransfer tubuh nya ke arena.

“siapa orang itu…” gumam perempuan dengan muka polos di tempat Skull duduk tadi.

Tournament Group D

“senang ketemu kamu, sayang nya aku tidak dapat memberikan orang yang aku kalahkan di sini sebagai nilai tukar jika orang itu di cari” seru Skull seraya bersandar di Palu besar nya.

Skull

“memang benar jika kamu mengalahkan orang hanya mencari hadiah yang di tawarkan”

vs

“tentu saja, harga  mu lumayan mahal. Seraphime”

Seraphime

= In Front of Ciel Home, Afternoon, 16:51 P.M. =

“kenapa tidak ada jawaban?” tanya perempuan dengan kuncir kebelakang layaknya buntut kuda pony dan baju lengan pendek serta rok panjang. “apa sebaiknya aku tanya Caissa?” lanjut Yuuko bingung setelah mengetuk pintu rumah Ciel  berulang kali.

Yuuko berjalan menuju rumah di depan rumah Ciel. “dia disini?”  batin Yuuko mengetahui alas kaki Ciel. Yuuko memanggil dan tidak ada jawaban. Yuuko mencoba masuk dan yang ia dapat pemandangan ruangan yang besar nan kosong. Yuuko berjalan dan menaiki tangga. Di ujung lorong terdapat ruangan dengan pintu terbuka.

Yuuko menenggok ruang itu. “Ci..ciel..” panggil Yuuko dalam benak nya dengna perasaan sedih saat melihat Ciel dan Caissa tidur bersama dengan posisi saling berhadapan dan di tengah mereka ada Rin. Tangan Ciel dan Caissa saling menggenggam di atas tubuh Rin.

To Be Continued…

Jikai, Archerion – Requeim of Souls –

            “ Time to Collecting some souls “
    -      Seraphime -

0 komentar:

Posting Komentar