Blogger Backgrounds

Senin, 26 September 2011

Archerion Chapter 21


Archerion 
- Purity of Tears –

Perempuan dengan rambut merah muda berdiri di arena dengan seribu mata memandang nya, sesekali rambutnya yang di kuncir twin-tail melayang tersapu angin, begitu juga dengan pakaian nya seperti anak bangsawan dengan gaun putih. Matanya yang merah muda bagaikan berlian memandang seseorang perempuan yang telah berdiri tegak di hadapannya.

“bolehkah aku bertanya sesuatu?”

“apa itu?”

“ada hubungan apa antara kamu dengan Raven?” tanya Luca dengan tatapan tajam

“eh? kenapa tiba – tiba bertanya seperti itu?” jawab Yuri dengan hati yang berdebar - debar.

“dari pengamatan yang aku tau, di guild Arc.. Ciel berpasangan dengan Yuuko, Misa dengan Nac, kamu dengan Raven dan baru-baru ini Skull dengan Ranko bukan?”

“haha, tidak tahu apa yang terjadi antara Ciel,Yuuko,Misa dan lainnya, yang pasti aku dan Raven tidak ada hubungan apa pun.. lagi pula, aku ragu mereka semua normal…” Yuri mengingat beberapa kejadian yang menganjal pagi ini.

“kenapa mukamu murung begitu?”

“jangan membunuhku dengan menjawab pertanyaan itu” Yuri tertunduk dengan aura keputus asaan mengelilinginya.

Yuri Hanachi vs Shinsitsu Luca

GO!

“apa pertandingan nya sudah di mulai?”

“Misa? Ciel? Kenapa kalian berada di sini? Ciel apa tanganmu baik - baik saja? Tanya Yuuko yang telah duduk sendiri dan mendapati salah satu tangan Ciel dibalut perban putih.

“ini hanya luka kecil, tidak akan membunuhku kok.” Jawab Ciel seraya menghentakkan kakinya yang di balut perban.

“apa kamu gila! Aku takut saat kamu kehilangan kakimu dan tanganmu!!”

“kenapa kamu marah begitu? Hey… kamu suka ya sama Ciel?” singgung Misa yang telah duduk di sebelah kiri Yuuko.

“a..paan?? sudah lah itu sudah di mulai..” jawab Yuuko terbata – bata.

“Ciel, Skill apa yang kamu lakukan dalam pertandingan sebelumnya?” tanya Raven mengingat pukulan yang membuat lengan Ciel terpecah dan mirip Ashura Strike Misa.

“oh, entahlah…”

“Hei Luca,” panggil Yuri seraya melepaskan anak panahnya.

“hm?”

“kamu sendiri suka kan sama Raven?”

“eh?” tiba – tiba konsentrasi Luca terpecah dan anak panah Yuri berhasil membuat luka di pipi Luca.

“ah, curaaaangg!!” teriak Luca mengusap darah yang keluar dari goresan di pipinya.

“aku serius…” sesaat angin memecah kesunyian di antara mereka.

“aku hanya menggangumi nya.”

“kenapa? Dia tidak kuat seperti Seraphime dan tidak secepat Ciel dan Nac.”

“bodoh… jika kamu berpikiran jika kekuatan adalah segalanya, lebih baik kamu keluar dari Arc.”

“apa maksudmu melibatkan Guild dengan kekuatan?” suara Yuri sedikit lebih kencang dari semula.

“lihat saja.” Sesaat Luca keluar berada di bekalang Yuri dan hendak memukul Yuri. Yuri berputar dan menahan pukulan Luca dengan crossbow nya.

“kenapa kamu ikut campur Guild kami?”

“karena aku tau lelaki berambut putih itu.”

“ maksudmu Ciel?” tanya Misa yang telah melepaskan anak panahnya berulang kali dan Luca hanya menghindar dan sesekali menangkis dengan tangan kirinya.

“Frozen Arrow!!” anak panah yang di lepaskan Yuri tiba – tibak di kelilingi es saat melayang ke arah Luca.

Luca hanya menggeser tubuhnya untuk menghindari anak panah itu. “Burning” Luca mulai melepaskan kekuatan nya di tingkat pertama. Luca berjalan menuju Yuri dengan aura merah bercampur kuning mengitarinya.

“tch..Arrow Shower!!” Yuri melepaskan tiga anak panah ke atas, sesaat setiap anak panah itu membelah tubuhnya menjadi lima dan dari belahan itu ikut membelah kembali. anak panah itu mulai menghujam Luca yang tepat berada di bawahnya.

“2nd Job Skill: Soaring Dragon!!” Luca memukul tanah dan mengakibatkan angin di sekitarnya berputar dan melindungi tubuhnya dari serangan Yuri. Anak panah itu tepat mengarah dan melaju ke Yuri. “Blaztermind!!”

Anak panah itu meledak sebelum mengenai Yuri, dari balik asap di depan Yuri keluar cahaya kuning yang mengenai Yuri.

“ugh,” desah Yuri dengan beberapa luka di muka dan badan nya.

“Dia seorang Fighter ya?”

“he? Kamu lupa dengan lawanmu sendiri?” tanya Skull balik.

“dia melepaskan Chi dari kedua tangan nya sehingga membuat serangan aura seperti tadi bukan?”

“iya, itu bukan Skill yang dapat di pelajari untuk level kecil.” Lanjut Skull melihat Yuri yang telah mencoba berdiri.

“ah.. kenapa ini?” tanya Yuri binggung tidak dapat menggerakan kakinnya.

“aku tanya kamu, apa yang sudah kamu lakukan untuk Guildmu?”

“eh?” tanya Yuri seraya mencoba duduk.

“apa kamu pernah melindungi Guildmu?” tanya Luca berjalan mendekati Yuri. Mata Yuri bergetar hebat, Yuri mulai membalik kan badanya dan menyeret kakinya untuk menghindar dari Luca. Yuri berhenti saat melihat kaki yang sudah berada di depan nya.

Luca menunduk dan memandang Yuri. “kamu tahu, Yuuko pernah menolongmu di Lug, Nac berjasa mendapatkan license saat test Guild, Raven pun pernah melindungi kalian dengan tubuhnya, kalian pun akan mati tanpa Misa dengan support dan buffnya, Skull ikut membantu mendapatkan Castle, dan Ranko telah merawatmu saat pertarunganmu sebelumnya…”

Muka Yuri mulai tidak ada semangat, dan tersandar lemas di tangan Luca. Luca mengangkat dagu Yuri. “… dan Ciel, apa perlu aku uraikan apa yang telah dia perbuat demi Guild? Dan sekarang, aku tanya sekali lagi… apa yang telah kamu lakukan demi Guildmu?”

“apa yang sedang mereka lakukan?” tanya Misa binggung.

“akhir dari Yuri?”

“apa maksudmu!” bentak Raven melihat Skull.

“Luca menyerang mental Yuri.” Jawab perempuan berambut kuning sebahu di sisi Skull.

“kgghh” Yuri memegang tangan Luca yang telah mencekiknya dan mengangkatnya. “Guild ini bisa berdiri tanpa adanya kamu.”

Yuri mulai pasrah dan terpuruk, mukanya memandangi langit dengan ekspresi putus asa. Genggaman Luca makin kencang, dan Nampak darah mulai keluar dari mulut Yuri.

Yuri membuka matanya dan mendapati tubuhnya terjatuh bebas dimana tidak ada cahaya sedikitpun. “apakah benar mereka tidak membutuhkan aku? Apa benar jika keberadaanku di sini tidak penting? Hei!! Jawab aku, Yuuko, Misa, Ciel, Raven, Skull, Ranko, Nac!!” teriak Yuri memutar tubuhnya yang terasa ringan di kegelapan.

“kemana kalian pergi!! Jangan pergi, aku di sini!! Yuuko… Misa… tolong aku…” rengek Yuri melihat teman – teman nya berjalan meninggalkan mereka. “bukan kah kegelapan itu menakutkan?” terdengar suara yang menghempas tangisan Yuri.

“ini terdapat di dalam diri seseorang, once you can bear it, you`ll get everything.”

“Raven? Apa kamu Raven!!” Yuri memandang lelaki yang tubuhnya mulai Nampak dari kegelapan.

“aku menang huh?” gumam Luca memandang denyut nadi Yuri yang berdenyut pelan. Sesaat kalung di leher Yuri itu mulai retak dan mengeluarkan sinar.

“Tyargram?” Ciel terkejut melihat kalung Yuri

Dari retakan itu, membentuk seperti garis di belakang kuku itu dan Nampak seperti sayap. Sesaat Yuri membuka matanya dan dari tangan kirinya keluar pedang dengan ukiran dari ujung pedang hingga dagang nya. Dengan cepat Yuri menancapkan pedang nya di bahu kiri Luca.

“kkkyaaaa!!” Luca melepaskan genggaman nya, dan melihat Yuri di depan nya.

Mata Yuri Nampak kosong dan memandangi Luca. “pe..pedang apa ini? Sakit sekali…”

“kalau tidak salah itu…”

“… pedang dari taring Fenrir…”

“… Schweizersaber…” lanjut Ciel tidak percaya begitu juga dengan Skull dan Raven.

“lepaskan aku!!” teriak Luca menggeram kesakitan. Sesaat dari pedang itu keluar besi lancip di setiap ujung pedang. Air mulai menggenang di mata Luca, setelah keluarnya besi itu.

“i..ini..”

“Yuuko!! Tutup mata Ciel!”

“eh? maksudmu?..”

“CEPATT!!’ bentak Skull.

“ke..kenapa?”

Misa menarik lengan Ciel yang telah berdiri dari bangkunya dan menempelkan muka Ciel ke pundak nya.

“yuri jangan…” kata Raven pelan.

“KKKKKYYYYAAAAAA!!” Besi – besi lancip itu mulai berputar cepat saat berada di dalam bahu Luca. Darah dari pundak Luca keluar layaknya air yang di siram ke atas dan mulai membasahi arena. Gaun putih Yuri mulai bercampur darah begitu juga dengan rambut dan mukanya yang kena cipratan darah.

“astaga…” Yuuko tidak percaya apa yang dilihatnya, perempuan yang dia kenal seperti anak kecil telah berlumuran darah.

"persetan kau loki!" geram Skull memandang Loki
“Yuri! Hentikan!!” teriak Raven dengan sekuat mungkin. “eh?” pandangan Yuri mulai normal dan bingung apa yang sedang terjadi. “kyyaaa!!” Yuri melepaskan pedangnya dan menutup mulutnya serta tertunduk melihat hasil tindakanya. Sesekali Yuri memandangi tanganya dan badannya yang berlumuran darah. Besi – besi yang semula berputar itu mulai masuk kembali dan pedang itu mulai menghilang bersamaan kembalinya Tyargram ke bentuk semula.

“Ciel, apa kamu baik – baik saja?” tanya Misa dengan nada shock melihat Yuri.

Ciel terpaku dan terdiam di pelukan Misa.

“ugh..”

“Lu..Luca!! maa..”

“..ken..apa…kamu.. me..nang..”sesekali Luca mengeluarkan darah dari mulutnya.
“maaf, ini..”

“…sudah.. maa..f aku.. berka..ta yang.. tidak.. tidak…” Luca menahan pundak kirinya yang hampir terlepas.

“thanks.. for.. battle..” Luca mencoba meraih muka Yuri dengan tangan kirinya.

Dengan air mata yang mulai membasahi pipi Yuri, Yuri mencoba meraih tangan Luca. Namun sebelum Yuri memegang jemari Luca, tangan Luca terlepas dan air mulai membasahi arena bersamaan mata Luca yan mulai menutup.

The Winner is Yuri from Arc Guild!!

Yuri masih terlihat shock saat hujan membasahi arena dan membersihkan darah di gaun nya. Sesaat tubuh Yuri tertarik kebelakang dan terjatuh tidak sadarkan diri di antara air yang membasahi Ragnarok.

“sampai kapan kamu akan di situ terus?” tanya Yuuko melihat Ciel.

“sudah lah, aku sendiri tidak tau kenapa tiba – tiba aku melakukan ini…”

Ciel melepaskan tangan Misa dan memandang Yuuko.

“… Ciel, kamu…”

“luck” ucap Ciel pelan seraya mengangkat mukanya ke atas.

“… bukan nya menarik tentang ucapan Rose dulu?”

Keindahan saat hujan adalah dia dapat menyembunyikan tangismu di antara mereka “ lanjut Skull menepuk pundak Ciel.

“aku tidak tahu kenapa Ciel menangis…” ucap Yuuko pelan memandang Ciel yang telah membersihkan air matanya dengan hujan yang membasahi mukanya.

“Ranko semangat ya,”

Ranko tersenyum dan berjalan memasuki arena.

“Raven, temani Yuri.”

“tapi, bagaimana dengan pertarungan Ranko?” tanya Raven balik. Raven melihat ke arah Ranko yang telah beridiri di arena dan mengacungkan ibu jarinya ke Raven.

“thanks, selamat berjuang Ranko!” Raven berlari meninggalkan teman – teman nya.

“she`s really hopeless at this time…”

“well… lawanku ini, salah satu anggota guild setan rambut putih itu ya?” hina Roxas seraya memutar – mutarkan tombaknya.

Roxas Endo vs Ranko Shouji

“sekarang nama lengkap juga di gunakan ya?”

“iya kalau kamu mengisi nya di profil kamu. Mungkin akibat updated kemarin.” Skull menjawab pertanyaan Misa.

“tak apalah.. meskipun kamu perempuan, cukup untuku pemanasan.”

GO!!

“Daybreak Punisher!!” tiba – tiba Ranko berada tepat di atas Roxas dan menendang tubuh Roxas hingga arena di bawahnya hancur, dari tendangan itu keluar sinar yang menembus langit. Ranko menarik kembali kaki nya dan memandang armor di depan nya hancur dan orang yang berada di dalamnya tergeletak.

The Winner is Ranko from Arc Guild!!

“hee? Cepat sekali?” Yuuko mengusap – usap matanya tidak percaya apa yang di lihatnya.

“satu lagi lelaki tidak berguna, membosankan.” Ranko berjalan meninggalkan Roxas dengan muka murung.

“perempuan itu makhluk yang menyeramkan” bisik Skull kepada Ciel.

“sudah aku katakan, mereka lebih menyeramkan dari boss di Ragnarok.” balik bisik Ciel.

“yo! Ak… apa yang sedang terjadi?” muka Ranko yang semula ingin menyapa, berubah menjadi binggung melihat Ciel dan Skull yang tergeletak dan dengan bangku yang hancur.

“pertarungan ini akan seru.”

“kenapa bisa begitu?”

“Ciel, mana yang kamu pilih? Yuuko atau Caissa?” lanjut Loki melihat Yuuko telah berdiri di hadapan Caissa.

=Colosseum Healing Ground=

“Yuri…”

“Raven…” panggil Yuri di pojok ruangan.

“apa kamu… Yuri?” perkataan Raven terhenti saat Yuri berlari dan memeluknya. Raven merasakan tubuh Yuri telah bergetar hebat dengan apa yang terjadi dengan nya.

Tanpa sengaja Raven melihat gaun Yuri dan pakaian dalam Yuri di lantai. Raven melepas pelukan Yuri dan memandang tubuh Yuri. “kenapa?” tanya Yuri dengan muka polos dan air mata yang menggenang.

“kenapa cuman memakai baju lengan panjang?”

Yuri menutup bawahnya dengan menarik bajunya kebawah dan tertunduk, “aku lupa!! Jangan lihat aku…” ucap Yuri mukanya memerah dan memalingkan wajahnya.

Raven duduk di depan Yuri. “kenapa?” tanya Yuri dengan malu dibenaknya.

“perempuan ini, hatinya pasti lagi kacau…” batin Raven melihat tingkah laku Yuri, Raven mendekati muka Yuri dan memejamkan matanya.

“a.. kiss.??” Batin Yuri seraya keringatnya menetes dari kepalanya. Dengan ragu – ragu Yuri memejamkan matanya dan membiarkan bibir Raven menyentuhnya. Dengan cepat Yuri terbawa suasana yang diberikan Raven. “Ini pertama kalinya aku… dan ternyata manis… apa di dunia nyata seperti ini juga rasanya?” sesekali ada yang bergejolak dalam tubuh Yuri, tanpa pikir panjang Yuri merangkul kepala Raven dan memperdalam ciuman mereka.

Pandangan Yuri makin berbeda saat mulai menggunakan lidahnya, tanpa sadar Yuri terjatuh dan Raven berada di atasnya.

Raven melihat tubuh Yuri yang berkeringat, beberapa kancing bajunya terlepas dan mukanya merah serta berkeringat. “bisakah kamu mengkunci pintu dan melanjutkannya di ranjang?” pinta Yuri tergeletak di lantai dengan nada suara di antara nafasnya.

Hujan yang semula membasahi Ragnarok mulai semakin deras membasahi tubuh Yuuko dan Caissa.

Sankarea Yuuko vs Caissa

GO!!

“Caissa, I`ll save you!”  batin Yuuko melihat Caissa telah mengeluarkan senapan nya.

To Be Contiued…

Jikai, Archerion – Dawn of the Herald –
    “what a useless person”
-                                 - Ranko Souji -

Sabtu, 10 September 2011

Archerion Chapters 20


Archerion
-      The Blossom Petals and Red Blizzard –

Raungan dua kepala serigala yang di atasnya ada tanduk es semakin membuat Colosseum ramai, salah satu kepala serigala dengan tubuh berselimut es mengeluarkan cahaya berwarna biru dari mulutnya dan hendak melepaskanya ke arah seseorang yang telah terduduk di depan nya.

“apa kamu tau rasanya mati ?”

“hh..hh”

“I`LL MAKE YOU FEEL WHAT THE PAIN IS!!” teriak Miki mengingat kejadian diamana dia di bunuh Ciel.

Tanduk es di kepala Cerberus mulai bersinar terang, sesaat semburan es mulai di lepaskan ke arah Ciel, tanpa pikir panjang Ciel menggulingkan tubuhnya ke kanan. Saat tubuhnya terlentang salah satu kepala Cerberus itu tiba – tiba menyerang dengan mulutnya dan mengakibatkan arena yang di serang Cerberus hancur seketika.

“Ashigawa!!” teriak Raven spontan.

“Ciel!!” Lanjut Yuuko dengan keringat yang mulai membasahi tubuhnya.

Gumpalan asap akibat serangan Cerberus itu mulai pudar dan menghilang, saat itu juga Nampak muka Cerberus dan sal yang di kenakan Ciel di salah satu taring Cerberus.

“Ci..el…”

“ini tidak mungkin kan? Jangan katakan Ciel udah…” Ranko bertanya kepada seseorang yang duduk dengan santai dan melihat mata Cerberus itu.

Suasana arena mulai hening kembali dan hanya terdengar raungan Cerberus yang saling bersahutan, terkadang terdengar suara gesekan besi dari kaki Cerberus yang pergelangan nya terikat besi yang telah hancur.

“Judge!” ucap Miki dengan mata tertutup, sesosok bola putih muncul di tengah arena dan tiba – tiba berubah menjadi robot.

“tidak mungkin Ciel kalah…” Yuuko memeluk tubuhnya berharap ini hanya mimpi, sesaat terdengar suara music biola di tengah arena, Yuuko mencari sumber suara itu dan terlihat seseorang dengan pakaian serba hitam yang telah duduk bersandar di atas Colosseum dengan biola di tanganya dan jubahnya ikut menari saat angin berhembus. Suara music itu semakin lama semakin merdu, “Tsukihana?” batin Yuuko setelah mendengar beberapa melodi dari biola itu, saat robot itu hampir memutuskan pemenang nya. Suara biola itu berhenti dan terdengar raungan yang keras.

Tubuh Cerberus yang di tompang empat kaki dengan kuku yang mampu membelah tanah menjadi empat itu jatuh, dan perut Cerberus mulai membuka seperti tertebas benda tajam. Dari dalam perut Cerberus terlihat orang berambut putih dengan beberapa tubuhnya yang bercampur es dan darah serta salah satu kakinya yang terbentuk dari es dan di tangan kirinya memegang sesuatu.

“a..apa!! tidak mungkin Cerberus..!!” bola mata Miki membesar dan tidak ragu apa yang dia lihat.

“Ciel!! Yuuko, itu Ciel!!” Yuri menarik – narik pakaian yang Nampak seperti seragam sekolah Yuuko, ternyata memang benar yang Yuuko lihat itu Ciel, jantung Yuuko yang semula berdetak hebat mulai agak stabil dan mata Yuuko tertuju di tempat orang berpakaian serba hitam semula berada dan tidak di temukan apa pun. “siapa orang itu?” lanjut Yuuko matanya mulai mengecil.

“apa itu Memoria?” tanya Yuri melihat ada yang aneh dengan Ciel.

“bukan, itu bukan Memoria… jangan lihat matanya terlalu lama!” teriak Skull.

“eh? memang kenapa?”

“atau kamu akan berakibat seperti aku..” Raven menjawab pertanyaan Yuuko. “astaga..” Yuuko menutup mulutnya dan tidak percaya apa yang dia lihat. “kenapa bisa begini!!” bentak Yuri bingung melihat mata kiri Raven mengeluarkan darah.

Dengan rasa penasaran Yuuko mencoba melihat mata Ciel sebentar, dengan cepat Yuuko menutup mata dan memeluk tubuhnya. “apa itu… mata apa itu… itu apa…” tubuh Yuuko bergetar hebat melihat iris pada mata Ciel berwarna merah dan senyum layaknya iblis yang sedang bermain – main untuk mengambil arwah seseorang.

Salah satu kaki Cerberus mencoba menangkap Ciel, Ciel merenggangkan lengan kirinya lalu meremasnya dengan kencang. Mata Cerberus tiba – tiba mengeluarkan darah dan tubuhnya mulai membeku dan terpecah.

“Yuuko, Yuuko kamu baik – baik saja?” Yuri memeluk Yuuko yang badan nya bergetar hebat, Yuuko mengangkat kepalanya dan melihat banyak sekali penonton yang kesakitan akibat matanya berdarah.

“apa yang di genggam Ciel baru saja?” tanya Yuri melihat darah dan es di tangan Ciel.

“Cerberus`s Heart,,,” ucap Skull pelan.

Tangan kiri Ciel mulai membeku saat darah dari jantung Cerberus itu membeku dan membentuk es berwarna merah darah yang mulai menyebar dan membekukan tangan Ciel.

“Kyaa!!” teriak Miki matanya mulai mengeluarkan darah dan hanya dapat melihat dengan mata kanan nya.

“berhenti!! Jangan mendekat!!” lanjut Miki melihat lelaki dengan senyum iblis dan tangan kiri yang mulai membeku detik demi detik, serta es yang berbentuk kaki sebagai pengganti kakinya.

Miki mulai mengeluarkan Spell – Spell dengan waktu casting yang instant ke arah Ciel. Semua Spell yang di lempar Miki tepat mengenai Ciel, dan yang ada Ciel hanya terus berjalan dengan beberapa anggota tubuhnya ada yang terbakar, terkena listrik, terkena racun dan membeku.

“kenapa dia tidak menghindar dan masih bisa berjalan dengan stabil?!” Tsukasa mulai cemas keadaan Miki.

“astaga Ciel.. aku bersyukur tidak bertemu dia di pertandingan…” ucap Raven mencoba memberhentikan pendarahan di matanya.

Sesaat Ciel menghilang dan berada tepat di depan Miki, “Ippen... shindemiru” mata Miki membesar dan mulutnya terbuka seakan ingin mengucap sesuatu. Ciel memukul perut miki dengan tangan kirinya, sebelum Miki terpental jauh Ciel menghantamkan Miki ke tanah dengan pukulan tangan kirinya.

“gerakan itu… bukanya itu seperti Ashura Strike milik Misa?!” tanya Ranko bingung melihat gerakan Ciel.

Butiran – butiran es dari tangan Ciel terlihat bersinar di antara angin saat Ciel menghempas Miki, tanah di sekitar Miki mulai membeku dan bercampur darah dari punggung Miki.

“apa itu tidak sakit ya?” tanya Yuri melihat tangan kiri Ciel yang pecah berkeping – keping bersamaan pukulan terakhirnya. Ciel berdiri dengan darah yang terus keluar dari lengan kirinya, sesaat angin berhempus mengelilingi Ciel bersamaan bunga sakura.

“Misa… apa ini… ulahmu?” batin Yuuko di antara rasa takut yang telah menyelimutinya.

Suasana arena terdengar ramai, terlihat banyak orang yang terpesona dan takut dengan pertarungan Ciel dan Miki.

“dia bukan manusia!”

“dia hacking!”

Banyak hujatan – hujatan yang mengarah Ciel, namun keputusan tetap satu. Robot yang semula diam, mulai bergerak dan mengumumkan Ciel adalah pemenang nya.

“thanks goddess…” Yuuko menghela nafasnya dan memandangi tubuh Ciel yang mulai menghilang.

“well.. time to go..” Raven beranjak dari tempatnya dan mulai muncul teleport di kakinya.

Next Round… Raven vs Haseo!!

GO!

“bisa kita mulai?”

“seperti apa yang telah kamu lihat di layar besar itu.” Jawab Ryou kepada lelaki berambut coklat panjang dan pakaian seperti ninja.

“Wind Walk” tubuh Haseo mulai memudar dan menghilang dari pandangan Raven, “kemana dia?” tanya Raven binggung.

Raven berjalan seraya melihat – lihat sekeliling, tiba- tiba ada angin yang berhembus dan membuat luka di leher Raven.

“darah?” batin Raven setelah merasakan ada yang basah di lehernya. Angin itu kembali melewati Raven dan membuat tubuhnya tercabik – cabik.

“Raven!!” teriak Yuri melihat lelaki berambut ungu dengan yang badan nya terangkat dan tercabik – cabik.

Tubuh Raven jatuh tidak berdaya setelah mengenai serangan itu, “give up?” tanya Haseo melihat Raven.

“never” Raven mencoba bangun dengan beberapa luka di seluruh tubuhnya.

“Throw Poison Kunai!!” Haeo melempar benda hitam kecil dan runcing, dan di belakang runcing itu ada bulatan yang di dalamnya mengandung racun. Tanpa di sadari tubuh Raven telah tertancap.

“ini… bukan Skill seperti Poison Dagger atau Venomous Dagger milik Ciel..”

“badanku, tidak dapat bergerak…” lanjut Raven badan nya yang mulai tidak dapat bergerak.

“aku menghormatimu sebagai lawanku, dan aku senang dapat melawan Crusader… jadi aku akan tunjukan kepadamu… Shadow Clone, Moon-blood Dash” sesaat kabut hitam menyelimuti arena dan bulan muncul tepat di atas arena.

“!”

“kenapa Ciel?” tanya Misa yang telah bersandar di Colosseum Healing Ground.

“no, nothing…” jawab Ciel seraya melihat ke jalan menuju arena.

Setelah kabut itu menghilang, Nampak tubuh Haseo menjadi lima dan mengitar Raven. “i`m done now.” Dari tanah keluar tangan yang mengepal dan menghantam Raven hingga terpental ke atas. Saat tubuh Raven melayang, kelima Haseo melemparkan shuriken dan menancap di kepala, tangan dan kaki Raven. “apa ini… baru aku sadari bulan seindah itu…” ujar Raven seraya memandang bulan yang bersinar terang.

“sigh..” Haseo mengelilingi Raven yang sedang melayang bebas, kelima Haseo itu mulai menyerang Raven dengan kecepatan penuh secara bertubi – tubi dan dari semua arah.

“Yuri…” ucap Yuuko memandang badan Yuri yang bergemetar, Yuuko memegang tangan Yuri dan memeluknya.

Setelah melambung cukup tinggi, Haseo berpindah tempat dengan cepat di atas Raven lalu dengan cakar sebagai senjata dasarnya menghantam ke jantung Raven dengan cepat hingga menancap. Tubuh Raven terlepas dan banyak darah yang ikut jatuh mengitarinya. Sebelum tubuh Raven mengenai tanah, ada cahaya bulan yang mengitar Raven, dan saat itu juga bayangan – bayangan Haseo menebas Raven dari segala arah dan di akhiri Haseo dari atas ke bawah.

“Yuuko, bagaimana ke adaan Raven… bagaimana…”

“its okay, dia akan baik – baik saja kok…” Yuuko mengusap – usap rambut pink Yuri.

Haseo memejamkan matanya dengan bau darah di tubuhnya dan ke dua tangannya.

“Really, I never though it will happen…” terdengar suara dari sisi tempat Raven tergeletak dan darah di sekeliling nya.

“…thanks to you, that finally I realize that…”

“astaga…” Haseo tidak percaya apa yang dia lihat. Lelaki berambut ungu yang badan nya hanya luka seperti goresan di sekujur tubuhnya dan mata kirinya yang berdarah.

“saat melawanku dia tidak sekuat itu… tadi jika Ciel terkena serangan Haseo, pasti mati. Tapi ini anak… badan nya kuat sekali dan luka yang menyakitinya hanya tatapan Ciel semula, dan semua serangan Haseo seperti… air yang ada di dedaunan…” batin Skull terkejut.

“Ice Nest” dari tangan kiri Raven mengeluarkan symbol biru, dan dari symbol biru itu keluar cahaya biru yang berjalan pelan. “Prison” cahaya itu memecah dan melaju cepat menancap di tubuh haseo.

“aku… tidak bisa bergerak…” kata Haseo yang sekujur tubuhnya di tertancap pendang dari es.

Dari jarak jauh Raven melempar pedang nya ke atas, saat dagang pedang itu mengarah ke atas, tubuh Raven bergerak cepat dan mengambil pedang itu lalu menebas kan ke Haseo, dengan cepat Raven melempar pedang nya ke arah Haseo sebelum mengenai tubuh Haseo, Raven mulai bergerak dengan cepat kembali lalu mengambil pedang itu dan menebaskan kembali. Sesaat pedang Raven bersinar berwarna biru laut. Raven kembali melemparkan pedang nya ke leher Haseo, dan kembali berpindah tempat dengan cepat dan menebas leher Haseo.

“kecepatan itu!!”

Dan mengakhirinya dengan tebasan dari atas hingga bawah.

“Twilight Break” ucap Raven sepi saat menopang tubuhnya dengan kaki kanan yang tertekuk dan pedang yang megang nya terbalik (seperti Dagger yang di bawa Ciel.) sesaat, es berbentuk pedang itu terpecah dan tubuh Haseo berdiri lepas.

“kenapa… kamu begitu kuat?” rintih Haseo seluruh tubuhnya mengeluarkan darah.

“Skull, tadi itu Skill apa?”

“… sebaiknya kamu tanya sendiri… Defense itu… Agility… badan nya kuat, kecepatanya hampir menyentuh kecepatan Ciel… lalu siapa yang aku lawan dan aku hancurkan armornya saat itu, orang ini… jangan-jangan!”  

“Skull, kamu baik – baik saja?” Ranko menepuk dan menggoyankan tubuh Skull. “eh, iya maaf..” jawab Skull dengan senyum normalnya.

“apa maksudmu?” jawab Raven yang berdiri dan memandang Haseo.

“apa yang membuatmu kuat, dan cepat… seranganku… se..perti tidak… ada gunanya…” mata Haseo mulai buram dan tubuhnya mulai terkikis.

“. . . karena di sana ada orang – orang yang perlu aku lindungi… dan ada seseorang yang special.” Lanjut Raven setelah ucapanya terhenti sejenak dan memandang Yuri.

“thanks, congrats…” tubuh Haseo mulai menghilang dan Nampak hanya kepalanya sebelum ikut menghilang.

“tch, bodoh siapa bilang tidak ada gunanya…” Raven membalik kan tubuhnya yang pinggang kirinya telah berlumur darah dan terlihat bekas cakar milik Haseo hingga menembus kebelakang.

The Winner is Raven from Arc Guild!! Seru robot itu dan arena mulai heboh.

“astaga… guild itu banyak member baru, dan tenyata hebat – hebat” rerumunan penonton mulai membicarakan guild milik Raven dan teman – teman nya.

“Ciel, kamu tau itu…”

“jadi perasaan yang baru saja aku rasakan itu.. benar?” Ciel menjawab perkataan Skull.

“iya, apa kejadian di masa lalu akan terulang kembali?”

“entahlah… kalau sampai itu terjadi kembali… nampaknya akan ada waktu yang melelahkan bagi kita” lanjut Ciel seraya melihat tangan kirinya yang di perban penuh.

“Next round… Yuri”

“iya, aku akan kesana kok… jika masih ingin ikut, apa kamu sudah kuat bergerak?” Ciel memandang Misa.

“um… boleh aku minta tenagamu sebentar?”

“lol, jika memang tidak kuat bergerak istirahat saja…” ucap Skull seraya berjalan dengan menahan kepalanya dengan ke dua tangan nya dengan santai melihat Misa yang di gendong Ciel.

“mana Nac?” lanjut Skull.

“entahlah, setelah aku sadar… dia tidak ada di sisiku…” jawab Misa dengan raut muka sedikit murung.

“aku berat ya?” ujar Misa malu yang badanya telah di tompang Ciel.

“nope, hanya saja punggung ku rasanya aneh..”

“Kyaaa!!”

To Be Continued…

Jikai, Archerion – Purity of Tears –
            “ Troublesome…”
            - Yuri Hanachi -